Opini
Oleh Geisz Chalifah (Aktivis senior HMI) pada hari Jumat, 31 Mei 2019 - 13:17:45 WIB
Bagikan Berita ini :

Anies Baswedan dan Kedunguan Pembencinya

tscom_news_photo_1559283465.jpg
Geisz Chalifah (Sumber foto : Ist)

SUDAHhampir dua tahun Anies menjadi Gubernur. Semua langkah yang dia lakulan akan dijadikan bahan bully-an bagi para pecundang Pilkada DKI 2017.

Salah satu contoh adalah ketika halte di Jalan Sudirman yang belum selesai dan belum ada jalur buat penggunanya (masih tertutup taman).

Pendukung Ahok bernama Tsamara Amani menjadikan sebagai bahan bully-an, dia harus beradu cepat dengan pekerjaan yang dilakukan Anies agar kritik dungunya itu bunyi. Tak lama kemudian anak muda lulusan dari Jerman yang baru menyelesaikan studinya, Haekal namanya, berjalan di Jalan Sudirman, dan yang diteriakkan Tsamara itu tak terbukti. Haekal membuat video di jalan itu dan merekam halte yang berdiri dengan indah dan sudah ada jalur untuk pejalan kaki.

Salah seorang arsitek taman di jalan itu bernama Monika mengatakan sambil tersenyum: Pekerjaan belum jadi tapi sudah difoto untuk seksdar bahan bully-an, mereka bukan ingin mengawasi pekerjaan tapi hanya ingin mencari-cari kesalahan.

Bully-an Tsamara Amani berbalik pada dirinya sendiri dan menjadi cemohan banyak orang.

Anies bekerja seperti ekspres. Semua janji-janji kampanyenya segera ditunaikan. Bahkan WTP yang tak pernah didadapat oleh Ahok maupun Jokowi selama periode mereka mimpin Jakarta, Anies mendapatkan dua kali berturut-turut di dua tahun pertama masa kepemimpinannya.

Kaum pendengki jengkel bukan kepalang. Semakin dicaci semakin berprestasi.

Anies tak pernah membalas cacian para pembully-nya namun menunjukkan kerja nyatanya. Anehnya para pembully-nya tanpa malu-malu menjadikan jembatan penyebrangan yang berubah menjadi indah hasil renovasi Anies di Jalan Sudirman maupun trotoar dengan taman yang hijau dan nyaman dijadikan oleh mereka untuk memajang tampang mukanya di media sosial, tapi tetap tak mau mengakui hasil pekerjaan sang Gubernur.

Mereka tetap mengomel setiap saat sambil menikmati hasil kerjanya tanpa malu-malu namun mengatakan Anies tak bisa kerja.

Di sisi lain penghargaan demi penghargaan terus mengalir. Para buta mata, mati nurani,tak memiliki kesempatan untuk menjadikan isu besar agar Anies bisa dijadikan bahan caci maki otak keji mereka secara beramai ramai.

24 penghargaan dalam waktu kurang dua tahun menambah kejengkelan para pembencinya yang sebagiannya bahkan bukan warga Jakarta.

Tibalah saat pilpres dan pengumuman yang kemudian terjadi demo.Sebelum demo terjadi Anies mengantisipasi segala sesuatu, terutama pelayanan publikdan yang utama adalah rumah sakit. Agar setiap yang terluka dari kelompok manapun langsung ditangani dengan baik.

Disinilah letak super-super dungunya kaum pendengki. Anies dibully habis-habisankarena mempersiapkan rumah sakit dari jauh-jauh hari sebelum terjadi demonstrasi. Padahal tugas pemerintah itu harus melaksanakan fungsi pelayanan publik sebaik-baiknya dalam keadaan bagimanapun. Dan Rumah sakit itu disiapkan agar lebih siaga, bukan hanya bagi pendemo, tapi untuk semua termasuk bagi aparat bila terjadi segala sesuatu.

Logika dungu kaum pembenci itu memang sudah di luar akal sehat, mereka membenci pemrov yang bekerja dengan baik, dengan mengantisipasi situasi jauh-jauh hari sebelumnya.

Lantas, adakah kedunguan yang lebih parah dari pada itu?

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #anies-baswedan  #pilpres-2019  #dki-jakarta  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Kode Sri Mulyani dan Risma saat Sidang MK

Oleh Anthony Budiawan - Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies)
pada hari Kamis, 18 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Sri Mulyani (dan tiga menteri lainnya) dimintai keterangan oleh Mahkamah Konstitusi pada 5 April yang lalu. Keterangan yang disampaikan Sri Mulyani banyak yang tidak ...
Opini

Tersirat, Hotman Paris Akui Perpanjangan Bansos Presiden Joko Widodo Melanggar Hukum: Gibran Dapat Didiskualifikasi?

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --1 April 2024, saya hadir di Mahkamah Konstitusi sebagai Ahli Ekonomi dalam sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum 2024. Saya menyampaikan pendapat Ahli, bahwa: ...