Opini
Oleh M Rizal Fadillah (Mantan Aktivis HMI) pada hari Jumat, 07 Jun 2019 - 09:43:48 WIB
Bagikan Berita ini :

Sujud Jokowi

tscom_news_photo_1559876061.jpg
Warga sujud ke Jokowi (Sumber foto : Ist)

Ramai viral saat open house di Istana ada warga yang "menghormat" Jokowi dengan bersujud. Nampaknya bukan editan. Komentar nitizen macam macam ada yang menyinggung pencitraan ada pula yang penghambaan. Namun ini kejutan sejarah kepresidenan. Baru kali ini ada yang sujud di depan Presiden. Sehebat kharisma dua Presiden Soekarno dan Soeharto pun tak ada perilaku seperti ini. Jokowi yang menjadi Presiden dengan bacaan publik sebagai Presiden dengan kemampuan terbatas, gemar pencitraan, serta sering disebut boneka kepentingan ternyata ada yang sujud dihadapannya. Unik dan menarik Indonesia kini.

Sujud bisa keadaan sebenarnya bahwa si warga sangat mengagumi Jokowi bahkan sampai "tergila-gila" menjadikan idola bahkan berhala. Bisa juga itu adalah simbolik yang dibuat sendiri atau buatan orang lain tentang "kharisma" Jokowi. "Settingan" untuk meningkatkan wibawa. Rekayasa. Semua bisa bisa saja.

Meskipun demikian fakta yang terjadi adalah banyaknya tokoh, politisi, ulama atau oposisi yang telah "bersujud" pada Jokowi. Ada Ketum Ulama,ada Ketum Partai, Ketum Ormas,ada Ketum Masjid dan yang terakhir adalah rombongan keluarga Ketum dan mantan Presiden.
Yang mulai bolak balik menjajagi kursi juga ada dalam rangka siap siap untuk "sujud". Politik "tawar menawar" yang menggiurkan berjalan.Oponen didekati, dirayu, dan ditawarkan berbagai jabatan dari Menteri hingga Komisaris. Ujungnya ya "sujud" untuk setia padasang raja.

Menurut Agama bersujud pada selain Allah adalah musyrik. Menyekutukan Tuhan. Fir"aun mempertuhankan dirinya. Raja dan Kaisar dahulu suka dihormat dengan cara bersujud sebagai wujud kepatuhan dan kesiapan untuk mengabdi. Raja dahulu di Indonesia juga ada yang rakyatnya harus merendah. Di jaman Jepang pernah diharuskan rakyat bumi putera membungkuk menghormati. Para pejuang menolak meski berisiko ditangkap. Ada yang membungkuk tapi masih ada jiwa perlawanan diam diam dia kentut.
Bentuk perendahan diri di depan sesama manusia dalam agama dilarang. Begitu juga konteks peradaban hal itu dinilai sebagai jiwa budak yang tidak beradab.

Sujudnya Sulaeman, konon warga Kaltim, dihadapan Jokowi bagi publik sangat tidak lazim. Harus diselidiki karena bisa banyak kemungkinan. Apakah pengakuannya benar bahwa itu wujud kegembiraan bertemu Presiden. Biasanya kegembiraan bisa dengan cukup bukti berfoto bersama. Atau ia sedang berakting untuk tujuan yang bisa menguntungkan Jokowi atau bisa merugikan juga. Atau yang paling ekstrim sehatkah Sulaeman apakah ia satu diantara jutaan pemilih gila yang diberi hak KPU lalu memilih Jokowi ? Klarifikasi nampaknya penting agar masalah ini tidak jadi fitnah.

Memang sujud manusia kepada manusia itu dramatis. Jiwa penghambaan harus dicegah. Bangsa semakin rusak jika "sklaven geist" (jiwa budak) ditumbuhkan. Buat apa teriak teriak merdeka jika yang dibunuh adalah jiwa merdeka. Sementara yang dibangun adalah kultur "raja" dan "hamba". Raja yang kuasa karena pengaruh paksaan, uang dan fasilitas. Hamba yang mengemis dan mengais ngais sisa dari kerakusan raja dan "cum suis"--kawan kawan.

Bandung 7 Juni 2019 (*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #lebaran  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Hakim Konstitusi dan Neraka Jahannam

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Sabtu, 20 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Dari semua tokoh-tokoh yang berpidato di aksi ribuan massa kemarin di depan MK (Mahkamah Konstitusi), menarik untuk mengamati pidato Professor Rochmat Wahab (lihat: Edy ...
Opini

Kode Sri Mulyani dan Risma saat Sidang MK

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Sri Mulyani (dan tiga menteri lainnya) dimintai keterangan oleh Mahkamah Konstitusi pada 5 April yang lalu. Keterangan yang disampaikan Sri Mulyani banyak yang tidak ...