JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Bencana alam banjir yang melanda beberapa daerah sentra produksi padi dinilai tak akan berpengaruh besar terhadap ketersediaan kebutuhan beras nasional.
Guru Besar Pertanian IPB, Prof Dadang mengatakan, surplus stok beras yang tahun lalu telah diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan beras akibat bencana banjir.
"Itu kan berguna sebagai antisipasi kebutuhan kalau saja terjadi risiko, seperti bencana alam banjir sekarang," kata Dadang, Rabu(18/6/2019).
Selain untuk menjaga risiko bencana alam, kata Dadang, surplus stok beras yang ada juga dapat dimaksimalkan jika hasil produksi padi dicanangkan pemerintah tak sesuai target.
Dadang mengungkapkan, guna memudahkan distribusi beras pada kondisi bencana alam, maka peranan Kementerian Pertanian (Kementan) tidak boleh dilepaskan.
"Justru dengan terlibatnya Kementan, ikutnya Kementan, akan memudahkan implementasi penyaluran beras di lapangan," ujarnya.
Dadang beranggapan, ketersediaan beras yang diumumkan surplus tahun lalu pasti telah dihitung kecukupannya untuk periode tertentu dan jika terjadi suatu peristiwa.
"Jika tiba-tiba terjadi bencana alam, cukup atau tidak stok beras kita secara nasional? Itulah pentingnya peran cadangan stok beras nasional," tutur Dadang.
Sebelumnya, tahun 2018 BPS mengumumkan bahwa ketersediaan beras nasional mengalami surplus sebanyak 2,85 juta ton. Saat ini, stok beras di gudang Bulog diketahui yang tersimpan berjumlah 2,3 juta ton.
Mentan Amran Sulaiman juga telah memastikan bila bencana alam banjir yang terjadi di beberapa daerah dianggap sebagai sentra padi tidak akan berdampak bakal berkurangnya stok beras nasional.
Amran Sulaiman menjelaskan, di beberapa daerah lain sebaliknya telah melakukan panen padi. Ditambah lagi, ujar Amran Sulaiman, masih adanya stok beras di gudang Bulog. (Alf)