Opini
Oleh M Rizal Fadillah (Mantan Aktivis HMI) pada hari Jumat, 05 Jul 2019 - 11:40:17 WIB
Bagikan Berita ini :

Jangan Bunuh Demokrasi

tscom_news_photo_1562301617.jpg
Prabowo Subianto (Sumber foto : Ist)

Sejak awal KPU mengumumkan "kemenangan" pasangan Jokowi Maruf, dilakukan pendekatan dengan menawarkan jabatan kepada kubu koalisi Prabowo Sandi.Setelah MK menolak permohonan gugatan maka isu tawaran ini semakin gencar. Kubu Prabowo Sandi pun nampak ada yang goyah. Statemen pimpinan atau kader mengindikasi kegoyahan tersebut. Pembubaran koalisi Prabowo Sandi menguatkan sinyalemen bebasnya masing masing partai melangkah demi kepentingan partainya dan menimbang tawaran jabatan untuk bergabung tersebut. Jika sebagian besar, apalagi seluruhnya, partai koalisi Prabowo Sandi masuk dalam kabinet Jokowi Ma"ruf maka terancamlah demokrasi di negeri ini.

Dua bahaya terhadapdemokrasi pertama, pemerintahan otokrasi atau oligarkhi yakni kekuasaan berada di satu atau sekelompok orang dimana masyarakat atau rakyat terkooptasi dan hanya berkedudukan sebagai penerima alokasi kekuasaan. Partisipasi relatif tidak ada.
Kedua, hilangnya oposisi atau penyeimbang kekuasaan. Semua elemen berkumpul mengitari penguasa termasuk kekuatan parlemen. Dalam posisi ini rakyat kehilangan saluran politik. Aspirasi benar benar tersumbat.

Keterlibatan semua partai di kabinet menjadikan partai politik sekedar alat kepentingan pemerintah. Ini artinya terjadi disfungsi kepartaian dalam sistem politik. Iklim politik menjadi tidak sehat. Rakyat akan bergerak mencari saluran politik sendiri. Partai politik bukan sekedar diabaikan tetapi juga dikesampingkan bahkan dijadikan musuh publik. Kepercayaan akan hilang. Jangan harap pemilu dapat suara signifikan.
Apalagi jika ternyata pemerintahan yang didukung ternyata gagal menjalankan roda amanatnya. Akhirnya demokrasi hanya diwujudkan rakyat dengan satu mekanisme yaitu demonstrasi.

Sebaiknya partai partai koalisi Prabowo Sandi tetap berada di luar pemerintahan untuk menjamin berjalannya roda demokrasi. Biarlah kini "kalah", apalagi diyakini kekalahan atas dasar kecurangan, namun dengan sikap kritis pro rakyat, maka pada Pemilu ke depan justru partai partai ini akan mendapat kepercayaan dan mandat rakyat. Sebaliknya jika saat ini hanya karena satu dua jabatan Menteri lalu tidak bisa lagi kritis pada Pemerintah, maka dipastikan berat nantinya untuk mendongkrak suara rakyat. Belum lagi karena dianggap oleh rezim sebagai partai "tak berkeringat" maka tempatnya tak mungkin berada pada posisi sentral. Hanya pinggiran saja. Menteri "abal abal" diberikan dan inilah kiprah yang percuma.

Jika partai koalisi Jokowi Ma"ruf menjadi kekuatan yang mendukung otoritarian atau tidak lagi merakyat, maka itu sama saja bahwa partai-partai ini telah menjadi "pembunuh demokrasi". Sementara jika partai koalisi Prabowo Sandi kemudian ikut dalam pemerintahan rezim Jokowi Ma"ruf yang otoriter itu maka posisinya adalah "bunuh diri demokrasi".
Keduanya sama sama melakukan hal yang sama yaitu "kejahatan demokrasi".

Bandung 4 Juli 2019 (*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #prabowo-subianto  #pilpres-2019  #jokowi  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Ahlan Wa Sahlan Prabowo Sang Rajawali!

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Rabu, 24 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi sudah memutuskan Prabowo Subianto sah sebagai Presiden RI ke delapan. Itu adalah takdir Prabowo yang biasa dipanggil 08 oleh koleganya. Keputusan MK ...
Opini

Jalan Itu Tidaklah Sunyi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --"Jika Mamah jadi penguasa apakah Mamah akan menjadikan anak Mamah pejabat saat Mama berkuasa?" Itu pertanyaan anakku malam ini. Aku mendengarkan anakku ini. ...