Opini
Oleh Hariqo Wibawa Satria (Pengamat Media dan Politik dari Komunikonten, Institut Media Sosial dan Diplomasi) pada hari Rabu, 14 Agu 2019 - 21:15:00 WIB
Bagikan Berita ini :

Tampar Kepala Daerahmu, Seperti Warga Jakarta Menampar Anies

tscom_news_photo_1565790508.jpg
Gubernur Anies Baswedan (Sumber foto : Ist)

Kepala daerah akan sangat hati-hati, jika terus dipelototi warganya lewat medsos.

Pelototan 24 jam itulah yang dirasakan Anies Baswedan, dan pelototan-pelototan itu diperlukan oleh banyak kepala daerah lain.

Kalau warga sungkan memelototi, maka kepala daerah akan mendekam di balik jeruji besi, seperti Gubernur Kepri dan Jambi.

Kalau kepala daerah marah dengan "tamparan online" warganya, maka ia makin dekat ke penjara.

Sejauh ini, saya melihat Anies Baswedan cukup berhasil “bekerjasama” dengan para “haters-nya” di medsos. Ia mampu memanfaatkan kritik, hujatan, bullyan untuk menyembuhkan penyakit di tubuh pemerintahannya. Kalau Syahrini bilang haters is true lovers, maka Anies sepertinya punya jargon; haters is jamu.

“Anak-anak Yogya” yang berada di lingkaran Anies Baswedan adalah orang-orang pendiam yang memiliki social media listening di atas rata-rata. Menghadapi “orang-orang pendiam” ini lebih membingungkan ketimbang menghadapi mereka yang setiap waktu berkoar-koar di medsos.

Acara #MengadiliAnies pada 5 April 2014 silam, menunjukkan bahwa Anies Baswedan punya tim jempolan. Mereka mungkin tidak begitu aktif di medsos, atau bahkan tidak punya akun, tetapi mereka terampil mengelola pikiran orang.

Namun Anies Baswedan bisa saja tergelincir, jika ia memperbanyak pasukan medsos yang memuji-mujinya tanpa batas. Di sini Anies Baswedan diuji untuk mencegah kemiringan dan mengelola keseimbangan, seperti yang pernah sukses dilakukan Jokowi.

Menurut saya, pemimpin sejati adalah mereka yang berani memperkuat peran parlemen, media, kampus, ormas, intelektual, bukan yang melemahkannya.

Medsos mengawasi kepala daerah sejak perencanaan. Medsos menjadikan setiap warga sebagai auditor, sebagai lembaga penyiaran. Banyak kepala daerah tidak korupsi dan menolak jadi “raja” karena “kecerewetan” pengguna medsos.

Bahkan peran pengguna medsos dalam memelototi, mengawasi para kepala daerah berpotensi menurunkan derajat dan wibawa DPRD.

Bukankah kota cerdas itu tidak diukur dari cctv, wifi, tapi kota cerdas itu diukur dari kritik dan partisipasi warganya baik lewat darat maupun medsos. (*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #anies-baswedan  #pemprov-dki  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Ahlan Wa Sahlan Prabowo Sang Rajawali!

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Rabu, 24 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi sudah memutuskan Prabowo Subianto sah sebagai Presiden RI ke delapan. Itu adalah takdir Prabowo yang biasa dipanggil 08 oleh koleganya. Keputusan MK ...
Opini

Jalan Itu Tidaklah Sunyi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --"Jika Mamah jadi penguasa apakah Mamah akan menjadikan anak Mamah pejabat saat Mama berkuasa?" Itu pertanyaan anakku malam ini. Aku mendengarkan anakku ini. ...