Opini
Oleh Qomaruddin SE. M. Kesos (Lulusan Pasca Sarjana Universitas Indonesia dan Dosen Universitas Billfath) pada hari Sabtu, 24 Agu 2019 - 13:05:03 WIB
Bagikan Berita ini :

Indonesia Adalah Keragaman Yang Bersatu

tscom_news_photo_1566626775.jpg
(Sumber foto : Istimewa)

Beberapa fenomena akhir-akhir di Negeri ini sanggat mengkhawatirkan komitmen kita sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dengan berbagai pristiwa-prisitiwa yang muncul di permukaan seakan mengoyak dan mengancam kebhinnekaan kita. Fenomena atau pristiwa yang muncul sekarang diangap memiliki power destruktif terhadap tatanan kehidupan bernegara, Fenomena-fenomena inilah yang diangap sebagai benih perpecahan.

Jika boleh di clasterisasi mungkin ada 3 masalah besar yang sedang di hadapi bangsa akhir-akhir ini. yang pertama adalah masalah agama atau religi, masalah ini memang sangat sensitif sehingga intensitas kemunculanya lebih padat ketimbang yg lainya, karena dalam agama ada sisi ideologi dan teologi yg begitu di agungkan sehingga sulit utk di perdebatkan, selain itu juga agama memiliki berbagai mahzab yang cukup sulit utuk di dialogkan.

Hanya forum forum tertentu yang bisa memfasilitasi utk dialog. Agama seakan akan menjelma menjadi dogma yang menakutkan padahal Mestinya agama hadir menjadi rahmad bagi semua, karena sifat dasar dari agama adalah cinta dan kearifan, lebih dari itu kita semua punya tugas untuk menjaga keragaman menjadi keindahan.

Peristiwa agama ini muncul juga bukan hanya karena perbedaan-perbedaan di dalam beserta kelemahanya tapi juga tertriger atas ketimpangan sosial yg ada. seperti adanya tuduhan tentang penistaan agama, ada juga yg lebih ekstrim yaitu fenomena jihad dengan melakukan aksi bom bunuh diri, peristiwa-peristiwa ini menjadi catatan penting untuk di sudahi, dan butuh penanganan secara serius agar gerakan tersebut bisa segera di atasi dengan baik.

Claster kedua adalah masalah kekuasaan, kekuasaan ini adalah salah satu variabel penyumbang terjadinya konflik sosial, baik yg ada di pusat maupun yg ada di berbagai daerah, fanatisme pilihan mengakibatkan negeri ini terbelah dan memunculkan sentimen sosisal.

Dalam pandangan Eric Fromm seorang psikoanalis mengatakan bahwa setiap manusia memiliki insting agresi, jika energi untuk berkembang atau mendapatkan keadilan di hambat maka energi itu berubah menjadi agresi bahkan menjadi destruktif, namun konflik juga bisa memfasilitasi tercapainya rekonsiliasi atas berbagai kepenting dan itu terjadi di negeri ini pasca PILPRES. Semoga rekonsiliasi yang terjadi di dasarkan atas kebesaran hati untuk berkomitmen mejaga kesatuan Republik ini.

Claster yang ketiga adalah ras atau suku, di pekan ini NKRI seakan mengalami shok atas terjadinya rasisme di surabaya, masyarakat papua seolah mengintrupsi pada ibu pertiwi bahwa mereka adalah anak kandung Indonesia yang menyumbang devisa tertinggi kepada Negeri ini, namun kenapa mereka mendap perlakuan yang kurang etis. Atas peristiwa itu masyarakat papua secara seporadis melakukan aksi protes.

Sangat disayangkan jika Negeri pecahan surga yang jatuh ke bumi ini bergejolak karena ucapan yg kurang pas, semua masyarakat Indonesia harus memiliki sense of bilonging agar Negeri gemah ripah loh jinawi ini tetap terjaga kesatuan dan persatuanya. R.E. Elson mengatakan bahwa kita ini unity bukan entity artinya negeri ini dibaangun atas dasar persatuan bangsa bangsa yang ada di Indonesia bukan karena satu entitas..! tapi persatuan.

Memang Sejak awal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia para pendiri Negara dan masyarakat menyadari bahwa kebaradaan masyarakat Indonesia sangat majemuk dan kemajemukan itu harus diakui dan dihormati karena itu realitas kita sebagai nation state. namun bila tidak disadari dan tidak mampuh menglolah serta tidak siap menerima kemajukan.

Maka hal tersebut akan bergakibat terjadinya gejolak perpecahan yang membahayakan persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia. Oleh karena itu sebagai Negara yg heterogen mengharuska setiap langkah dan kebijakan di arahkan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan. Selain itu kita sebagai masyarakat Indonesia juga harus memperkuat komitmen bahwa dengan adanya keragaman ras, agama, suku dan bahasa merupakan kekayaan yg luar biasa yg dimiliki Indonesia, dan kekayaan Itu harus menjadi unsur pemersatu Bangsa ini. Ikatan bhinneka tunggal eka harus diresapi dan dijiwai sebagai amal kebangsaan. bukan hanya sebagai jargon atau klise kita sebagai bangsa.

Walaupun dalam historisnya Nama Indonesia duluhnya dimulai dari nama Netherlands east Indies (NEI) atau sering di terjemahkan sebagai Hindia Belanda, sebuah nama wilayah yang di bawah pemerintahan Belanda. Indonesia sendiri dipakai pertama kali oleh pelancong dan pengamat sosial dari Inggris George Samuel Windsor Earl Ia menuliskan nama Indonesia dari kata “Indu-nesians”. yang berarti penduduk kepulauan nusantara dengan ciri etnografis yang merupakan bagian dari rumpun Polinesia yang berkulit sawo matang. Artinya nama Indonesia sendiri merefer bahwa ad sebuah wilayah yg memiliki kesamaan mendasar baik rumpun atau geografis yaitu sama sebagai penduduk kepulahuan, lebih dari itu ada kesamaan kuat yaitu nasib yang sama ingin merdeka.

Indonesia adalah negara dengan 1001 macam keunikan beserta dinamisasinya. Perbedaan dan keragaman yang kerap menimbulkan benih-benih konflik internal yang nyatanya tidak sedikitpun menggoyahkan identitas kebangsaan yang terus dipupuk dan dibina. Memang, kita tidak dapat pungkiri bahwa sejarah Indonesia banyak diwarnai oleh perseteruan dan konfik dengan latar belakang perbedaan ideologi, suku, dan agama. Namun, Indonesia sebagai konsep dan negara-bangsa terus ada, bahkan mungkin sedang mulai berjaya kembali. Inilah yang di sebut oleh Elson suatu keadaan yang muskil terjadi, namun pada kenyataannya nyata terjadi.

Untuk itu dalam menjaga keutuhan NKRI masyarakat harus betul-betul menghayati dan mengamalkan pancasila serta nilai luhur yang di wariskan pada kita. Mengaktifkan tengang rasa, toleransi, serta membangun Self-Awareness (Kesadaran Diri) agar ego kita tidak mudah terprovokasi, dan tidak mudah menghujat tanpa bukti dan argumen yang baik. Bhinneka Tunggal Eka, meskipun berbeda-beda, tetap satu jua (unity in diversity, diversity in unity) satu sisi. Dan dengan wawasan ke-eka-an sebagai titik temu dari berbagai keragaman dan Pancasila sebagai dasar dan pandangan hidup bernegara, jika semua berkomitmen dan menghayati serta mengamalkan nilai-nilai di atas, bukan mustahil Indonesia akan mengalami kejayaan. Kejayaan itulah yang menjadi harapan para pendiri bangsa ini, semoga kita sebagai generasi penerus bisa mewujudkan. Amin.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Ahlan Wa Sahlan Prabowo Sang Rajawali!

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Rabu, 24 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi sudah memutuskan Prabowo Subianto sah sebagai Presiden RI ke delapan. Itu adalah takdir Prabowo yang biasa dipanggil 08 oleh koleganya. Keputusan MK ...
Opini

Jalan Itu Tidaklah Sunyi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --"Jika Mamah jadi penguasa apakah Mamah akan menjadikan anak Mamah pejabat saat Mama berkuasa?" Itu pertanyaan anakku malam ini. Aku mendengarkan anakku ini. ...