JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Pengurus DPP Partai Golkar Mirwan Vauly menilai kondisi Partai Golkar saat ini cukup memprihatinkan.
Keinginan sejumlah pengurus untuk mendorong rapat pleno DPP Partai Golkar tidak direspons baik oleh Airlangga sebagai ketua umum. Kondisi ini jika dibiarkan akan menjadi gejolak dan kegaduhan yang tidak perlu.
"Seharusnya Airlangga belajar dari kepemimpinan sebelumnya, misalnya kepemimpinan Pak Jusuf Kalla. Beliau mengelola organisasi secara kolektif sebagaimana sifat Partai Golkar yang tertuang dalam aturan organisasi," kata Mirwan di Jakarta, Rabu (28/8/2019).
Mirwan menuturkan kolektifitas itu tergambar dalam rapat-rapat rutin partai, baik saat Jusuf Kalla hadir sebagai ketua umum maupun diwakilkan pada pengurus lainnya.
Rutinitas rapat itu membuat hampir semua kebijakan rapat adalah hasil musyawarah dari segenap pengurus partai.
"Bahkan siapa yang mau jadi pimpinan dewan dan ketua fraksi dirapatkan dalam pleno partai. Pak JK memuliakan pengurusnya, karena dengan begitu siapapun yang hendak jadi pejabat negara tidak cukup hanya baik-baik pada seorang ketua umum semata, tapi melalui tahapan review organisasi secara kolektif," urainya.
Selain itu, pada saat mengakhiri kepengurusannya, Jusuf Kalla juga melakukan percepatan pelaksanaan Munas Partai Golkar di tahun 2009 dari Desember ke Oktober 2009.
"Beliau lebih mengedepankan kepentingan masa depan partai, daripada hanya sekadar pertahankan ambisi pribadi" lanjutnya.
Mirwan melihat kondisi tersebut sangat berbeda dengan kepemimpinan Ketum Airlangga. Sekarang ini, hanya sekadar rapat pleno saja begitu rumit diselenggarakan, dengan berbagai alasan.
"Semua ini menggambarkan bahwa kepemimpinan Airlangga sangat sulit dilanjutkan karena proses pengambilan keputusan juga tidak dilakukan secara kolektif, bahkan tidak diketahui oleh sebagian besar pengurus," jelasnya.
Seharusnya, lanjut Mirwan, jika benar klaim dukungan Airlangga sudah mencapai 92%, maka alangkah baiknya segera dilakukan Pleno, Rapimnas dan dilanjutkan Munas agar ada kepastian kemana arah lima tahun Partai Golkar.
"Tetapi yang terlihat sekarang, Airlangga terlihat tidak percaya diri dengan klaim dukungan itu. Justru yang terjadi, partai ini dibiarkan dengan penuh ketidakpastian" tutupnya.(plt)