JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pesimistis target asumsi nilai tukar rupiah dan harga minyak di RAPBN 2020 bisa tercapai. Pesimisme ini dipicu oleh kondisi perekonomian global yang diprediksi masih bergejolak pada tahun depan.

Sesuai RAPBN 2020, pemerintah mengasumsikan kurs rupiah di kisaran Rp14.400 per dolar Amerika Serikat. Di sisi lain, dengan mempertimbangkan perekonomian dunia yang penuh ketidakpastian, pemerintah memproyeksi kurs rupiah hingga akhir tahun ini hanya Rp14.250 per dolar AS. Kondisi ini membuat Sri Mulyani ragu bahwa kurs rupiah tahun depan bisa sesuai dengan target awal.

"Ini mungkin suatu hal yang paling sulit diprediksi karena faktor global masih tidak pasti. Selain itu, harga komoditas mengalami pelemahan karena outlook ekonomi yang melemah," ungkap Sri Mulyani di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Rabu (28/8/2019).

Hal senada juga terjadi pada harga minyak Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) yang ditargetkan sebesar US$65 per barel pada 2020. Dia sangsi target itu bisa dicapai lantaran realisasi harga minyak Indonesia masih di kisaran US$63 per barel sampai semester I 2019. Bahkan, outlook ICP sampai akhir tahun ini diperkirakan hanya mentok di kisaran US$63 per barel.

"Ini akan menjadi hal yang sulit dicapai dengan tren harga komoditas yang melunak," katanya.

Kendati target kurs rupiah dan ICP berpotensi sulit dicapai tahun depan, namun pemerintah masih optimistis dengan indikator asumsi makro lainnya. Pertumbuhan ekonomi misalnya, masih bisa bergerak mencapai target 5,3 persen meski proyeksi hingga akhir tahun ini hanya 5,2 persen.(plt)