TANGSEL (TEROPONGSENAYAN) -Walikota Tangerang Selatan (Tangsel) Airin Rachmi Diany menghadiri pembentukan Pokjanal DBD Tingkat Kecamatan Setu di Graha Widya Bhakti Puspiptek, Setu, Tangsel pada Senin, 21 Oktober 2019.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Deden Deni, dari tahun ke tahun angka penyakit DBD di Tangsel menurun pada tahun 2016 ke 2017 namun di 2018 ada kenaikan kasus DBD. Kecamatan Setu termasuk yang tertinggi diantara semua Kecamatan di Tangsel.
"Dengan catatan itu, maka pada tahun ini kami agendakan untuk pembentukan pokjanal dan kegiatan pokjanal. Tujuannya mengajak warga Setu untuk berperan aktif dalam pencegahan penyakit khususnya DBD," katanya.
Dikatakan Deni, masalah kesehatan tidak hanya tugas Pemkot, tapi jadi tanggung jawab kita semua. Karena keterbatasan Pemkot tidak mungkin menangani semua masalah.
"Maka dengan ini kami mengajak kesadaran bapak ibu untuk peduli pada lingkungan kita dalam rangka pencegahan penyakit DBD," ucapnya.
Sehingga, diharapkan melalui kegiatan hari ini warga Setu lebih peduli. Tentu ini menjadi evaluasi Dinkes Tangsel, agar warga Setu bisa menekankan kasus DBD agar tidak tinggi angkanya.
"Kembali pada kepedulian, mudah-mudahan bisa menekan dan mudah-mudahan tidak ada korban jiwa dikemudian hari. Semoga taun ini seluruh Kecamatan bisa mempunyai Pokjanal DBD," paparnya.
Deni mengatakan bahwa targetnya bisa bebas jentik se Tangsel. Dengan bantuan warga, karena tanpa itu yang dicita-citakan tidak akan tercapai, dan yang paling dominan adalah kewilayahan peduli terhadap masyarakat.
Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany menuturkan, bahwa harus komitmen bersama dalam pembuatan Pokjanal DBD.
"Sukses story terjadi di wilayah Pamulng, tapi jangan puas untuk Kecamtan Pamulang karena penyakit akan terus ada. Jadi tinggal bagaimana kita melakukan pencegahan," tuturnya.
Airin pun berharap pokjanal DBD, ini atau yang lebih terkenal dengan kader jumantiknya bisa jadi satu rumah satu jumantik. Pokjanal DBD banyak kader kesehatannya, tapi bagaimana bisa mendorong setiap rumah memiliki 1 orang sebagai kader jumantik.
"Jika sudah bisa menghasilkan 1 rumh 1 kader jumantik, berarti Pokjanal sudah sukses. Tapi jika urusan melihat-lihat balik lagi ke Kader atau RT RW maka belum berhasil Pokjanalnya," harapnya.
Menurut Airin, kunci dari pencegahan adalah kesadaran dari warga itu sendiri. Kalau masyarakat sudah sadar maka mereka akan otomatis mengajukan diri sebagai kader jumantik di rumahnya masing-masing.
"Sangat mudah untuk menjadi kader jumantik. Misal di rumah ada ayah ibu atau anak, silahkan pilih siapa yang akan jadi kader jumantik. Maka, harapan saya bagaimana bapak ibu bergerak mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dimulai dari rumahnya sendiri," pungkasnya.