Oleh M Rizal Fadillah (Mantan Aktivis HMI) pada hari Kamis, 24 Okt 2019 - 13:36:35 WIB
Bagikan Berita ini :

Assalamu'alaikum Jenderal

tscom_news_photo_1571898995.jpg
Menteri Agama Jenderal Fahrurozi (Sumber foto : Ist)

Membaca pemberitaan pengumuman susunan kabinet berbagai komentar muncul. Optimis boleh, skeptis juga boleh. Nah rasanya hati ini skeptis. Komentar teman kok boss gojek jadi Mendikbud. Apa anak sekolah disuruh pake gojek. Lalu Menko Maritim Luhut bertahan untuk memanjangkan program OBOR China. Prabowo akan terus menuai kontroversi. Kecuali Golkar, semua Ketum Partai berada di luar kabinet. MenteriAgama juga kejutan Fahrurozi sang Jenderal yang memimpin kementrian yang antara lain mengurus haji, madrasah, perkawinan. Katanya ada amanat untuk menangkal radikalisme.

Terhadap yang terakhir ini menjadi perhatian. Betapa agama diposisikan "bahaya" dengan bahasa radikalisme. Pemojokkan yang tak sehat. Berbeda dengan saat dulu Alamsyah dan Tarmidzi Taher yang juga TNI ketika menjadi Menag. Ada kapasitas keduanya dan tidak terkait "misi khusus" ketentaraan seperti saat ini. Rezim saat ini terkesan menampilkan diri "Islamophobia".

Isu radikalisme bagai isu global "terorisme" dengan sasaran adalah umat Islam. Permainan untuk melumpuhkan kekuatan dunia Islam. Umat Islam kini merasakan bahwa radikalisme bukan fakta original. Bisa buatan atau skim pelumpuhan. Serangan ke Kementrian Agama sampai pada sejarah perang dalam Islam mau dihapus dari kurikulum Madrasah. Berlebihan memang.

Pak Jenderal memang tidak dikenal berbasis agama. Tentu banyak yang meragukan kapasitasnya. Harapan umat padanya jangan memfokus pada isu radikalisme semata lalu melakukan langkah represif di ruang kementrian. Justru banyak yang lebih urgen untuk dibenahi, soal haji termasuk dana haji, soal peningkatan kualitas Madrasah, pembinaan Organisasi Keagamaan, serta pengembangan perekonomian berbasis syariah. Meminimalisasi korupsi dan pemborosan di lingkungan kemenag juga prioritas.

Faham keagamaan adalah baik dan tidak mungkin destruktif. Apalagi Islam yang mengajarkan akhlakul karimah (akhlak mulia) dan amal sholeh. Tentu berdimensi konstruktif. Terus menerus dikampanyekan seolah olah umat Islam inheren dengan radikalisme bukan saja kontraproduktif tetapi juga berbahaya. Akan muncul sikap yang semestinya dihindari yaitu bagai orang yang sering dituduh maling padahal tidak, akhirnya maling saja sekalian. Radikalisme yang intens dipompa dan disemburkan tanpa kendali justru menjadi penyebab dari radikalisme itu sendiri.

Nah Pak Jenderal, selamat datang, ahlan wa sahlan wa marhaban. Datanglah sebagai penyejuk, pencerah, dan pendorong kemajuan agama, bukan menjadi tukang ancam atau yang kesana sini ribut melulu dengan kalam radikalisme. Yang sudah jelas radikal destruktif justru ada di depan mata yakni kapitalisme, liberalisme, sekularisme, syi"ah dan komunisme. Kita cegah bersama.
Assalamu "alaikum, Jenderal.

Makkah, 23 Oktober 2019 (*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #kementerian-agama  #menteri-jokowi  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Lainnya
Opini

Ahlan Wa Sahlan Prabowo Sang Rajawali!

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Rabu, 24 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi sudah memutuskan Prabowo Subianto sah sebagai Presiden RI ke delapan. Itu adalah takdir Prabowo yang biasa dipanggil 08 oleh koleganya. Keputusan MK ...
Opini

Jalan Itu Tidaklah Sunyi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --"Jika Mamah jadi penguasa apakah Mamah akan menjadikan anak Mamah pejabat saat Mama berkuasa?" Itu pertanyaan anakku malam ini. Aku mendengarkan anakku ini. ...