Oleh M Rizal Fadillah (Mantan Aktivis HMI) pada hari Rabu, 06 Nov 2019 - 13:43:55 WIB
Bagikan Berita ini :

Menunggu Nadiem

tscom_news_photo_1573022635.jpg
Mendukbud Nadiem Makarim (Sumber foto : Ist)

Dalam acara Workshop Manajemen Perguruan Tinggi LLDikti Wilayah IV ada yang menarik soal pertanyaan adakah "bocoran" agenda Menteri Nadiem yang menjadi terobosan bagi perbaikan sistem pendidikan ? Nara Sumber menjawab bahwa Menteri kini masih tahap "mendengar". Dengan merujuk pengalaman soal rencana dahulu Mendikti Nasir mengenai impor Rektor, muncul pertanyaan pula bahwa yang diperlukan sebenarnya adalah sopir atau mobil dan infrastruktur yang baik ?

Singkatnya kita tidak butuh seorang Schumacher Formula 1 untuk menyetir mobil angkot di Bogor yang memang macet. Tak ada gunanya sopir pembalap untuk itu. Begitu pula dengan sopir "biasa" yang diberi kesempatan mengendarai Ferari di jalan tol yang bebas hambatan. Ia mesti mampu melesat dengan kecepatan maksimal. Mobil bagus di jalan yang bagus.

Nadiem Makarim menjadi Menteri pilihan Jokowi yang kontroversial. Tidak pernah bersekolah di Indonesia, tidak berlatar belakang bidang pendidikan, "hanya" sukses di bidang bisnis on line Ojek. Jokowi pun yang mengangkatnya dipuji dan dicela. Pembuktian tentu menunggu kerja Menteri Nadiem sendiri. Publik berharap jangan terlalu lama untuk program "mendengar" dan "belajar" nya. Akan buang waktu. Bukankah di era revolusi industri 4.0 ini kecepatan adalah asas dan kunci sukses.

Pendidikan adalah dimensi jangka panjang yang perubahan direspons bertahap. Pendidikan bukan bidang politik yang bisa berubah cepat. Kini yang jadi problem adalah pembangunan karakter. Bukan semata alat atau teknologi. "Science tell us how to heal and how to kill".Salah salah mengolah ilmu pengetahuan dan teknologi maka sarana untuk membunuh akan menjadi lebih canggih.

Nadiem Makarim fokus pada ilmu terapan atau teknologi, khususnya teknologi informasi. Sedang ditunggu manfaat besar di posisinya untuk bangsa.
Dengan spirit pembaruan dan perubahan, sebagaimana amanat Jokowi, maka moga program Nadiem tidak menjadi model gerakan "top down" yang tak nyambung dengan realitas yang ada.Akibatnya si sopir menggerakkan angkotnya sangat cepat lalu nenabrak nabrak kendaraan dan pejalan kaki yang ada disekitarnya. Nadiem menjadi Menteri yang mencelakakan.

Atau kita terus menunggu Nadiem yang sedang berada di ruang bisnis yang tak mampu atau ragu mengoper cara kerja ojeknya ke sistem pendidikan yang berbasis nirlaba. Tempat siswa dan mahasiswa yang bukan "customer".
Disini kita menunggu Nadiem persis seperti sedang menunggu godot.
Pendidikan yang dibuat semakin tak pasti.

Bandung, 5 November 2019 (*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #kemendikbud  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Lainnya
Opini

Ahlan Wa Sahlan Prabowo Sang Rajawali!

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Rabu, 24 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi sudah memutuskan Prabowo Subianto sah sebagai Presiden RI ke delapan. Itu adalah takdir Prabowo yang biasa dipanggil 08 oleh koleganya. Keputusan MK ...
Opini

Jalan Itu Tidaklah Sunyi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --"Jika Mamah jadi penguasa apakah Mamah akan menjadikan anak Mamah pejabat saat Mama berkuasa?" Itu pertanyaan anakku malam ini. Aku mendengarkan anakku ini. ...