JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Sebelum Munas Golkar digelar, kondisi Partai Pohon Beringin di bawah kepemimpinan Airlangga Hartarto menuai sorotan tajam. Pasalnya, bukan hanya perolehan suara di Pileg 2019 yang mengalami penurunan drastis, melainkan juga situasi mekanisme organisasional internal Partai dianggap tidak berjalan semestinya.
Inilah yang sebelumnya menjadi narasi Bambang Soesatyo (Bamsoet) memutuskan maju di Munas. Saat itu, Bamsoet juga mendapat banyak dukungan, bukan hanya dari kader elite Partai, melainkan juga dukungan dari akar rumput di daerah yang merasakan adanya praktek pengelolaan Partai yang memicu terjadinya konflik internal di daerah. Misalnya kasus ribut rebutan kekuasaan di Bali, Sulsel dan lain-lain.
DPP yang seharusnya menjadi pengayom serta memiliki kewenangan menyelesaikan masalah, namun justru membiarkan konflik tersebut tak kunjung selesai.
Dukungan akar rumput, sesepuh Partai Golkar, maupun juga dukungan dari organisasi sayap yakni Soksi serta organisasi yang anggotanya berkiprah di Partai Golkar yakni Pemuda Pancasila maupun FKPPI, terhadap gagasan kritis Bambang Soesatyo, bermuara pada dorongan digelarnya Munas Partai Golkar, serta mendorong Bamsoet maju sebagai Calon Ketua Umum Partai Golkar. Dia membawa misi penyelamatan Partai Golkar, serta melakukan perubahan (re-branding) untuk tercapainya kembalinya kejayaan Partai Golkar di pemilu 2024 dan di arena Pilkada 2020 mendatang.
"(Waktu itu) tidak pernah terpikir pendukung Bamsoet untuk tumbangkan pohon beringin yang sudah di bangun, melainkan justru ingin menyelamatkan Partai Golkar," kata salah satu kader Partai Golkar pendukung Bamsoet asal Sumut, Ali Simanjuntak, Jakarta, Rabu (4/12/2019).
"Karena nilai-nilai di Golkar oleh akar rumput dipandang sedang digrogoti maka kami ingin selamatkan Golkar," sambungnya.
Derasnya desakan dari akar rumput, sesepuh partai Golkar, seperti Marzuki Darusman dkk maupun dari organisasi sayap untuk segera digelarnya Munas, pun terlaksana.
Hal ini seiring dengan demikian luar biasanya dukungan akar rumput ke Bambang Soesatyo untuk maju dan selamatkan Golkar, akan tetapi kondisi ini justru menjadi ancaman serius bagi posisi kekuasaan Airlangga Hartarto beserta pendukungnya yang ingin kembali menjadi orang nomor satu di Partai Golkar.
"Sehingga dengan berbagai cara, mereka berusaha meredam dan bahkan menghentikan militansi kader-kader Partai Golkar yang ingin selamat kan Partai Golkar tersebut," ungkapnya.
"Karena tak mampu menghadapi arus besar yang semakin kuat terhadap Penyelamatan Partai Golkar dibawah komando Bamsoet, maka pihak Airlangga Hartarto diduga membuat skenario seakan akan Partai Golkar terancam pecah, bahkan mereka membuat framing opini bahwa kubu Bamsoet akan membuat Munas tandingan,padahal itu tidak pernah terjadi, justru kubu Airlangga Hartarto yang sering melakukan pelanggaran AD/ART," paparnya.
Upaya menyudutkan kubu Bamsoet, lanjut dia, tidak berhasil bahkan membuat semakin solid dukungan terhadap Bamsoet untuk tetap maju sebagai caketum partai Golkar. hingga di detik-detik akhir jelang arena pemilihan Caketum Partai Golkar, ada indikasi pihak Airlangga meminta pihak istana untuk memaksa Bamsoet mundur dari bursa caketum partai Golkar.
"Hingga akhirnya Bamsoet pun mengundurkan diri dari bursa caketum partai Golkar di Munas. Keputusan ini, sangat mengejutkan, namun sikap legowo Bamsoet, justru menunjukkan sikap kenegarawanan sejati, sikap kader yang mengutamakan kepentingan partai di atas kepentingan pribadi. Situasi ini juga menunjukkan kedewasaan semua pendukung Bamsoet, Soksi, FKPPI, PP dan semua pemilik suara di golkar," jelas Ali.
"Para pembina Golkar, yang tetap solid untuk menyukseskan Munas Partai Golkar, tanpa harus Bamsoet sebagai kandidat Ketum Partai Golkar dan tetap menjaga marwah Partai Golkar sebagai organisasi politik yang lahir dari, oleh dan untuk rakyat, bukan lahir dari oleh dan untuk Pengurus maupun elit Partai Golkar," dia menambahkan. (Alf)