Oleh Bachtiar pada hari Kamis, 20 Feb 2020 - 18:14:01 WIB
Bagikan Berita ini :

Petani dan Nelayan Terancam Kemiskinan, FPKS: Pemerintah Dimana?

tscom_news_photo_1582197241.jpg
Slamet, Politikus PKS (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)- Anggota DPR RI Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Slamet mengaku prihatin terkait ancaman kemiskinan yang melanda keluarga petani, peternak, dan nelayan.

Legislator asal Sukabumi itu mengatakan, petani menghadapi dilema harga pangan yang tidak bebas ditentukan oleh pasar, tapi dikendalikan oleh pemerintah melalui operasi pasar dan produk impor, meski tidak bermutu karena harganya murah.

"Nelayan menghadapi dilema mahalnya ongkos melaut, menghadapi berbagai aturan dan menghadapi perusahaan besar termasuk BUMN perikanan," ungkap Politikus PKS itu dalam keterangan pers yang diterima redaksi, Kamis (20/02/2020).

"Peternak juga menghadapi dilema kekurangan modal, menghadapi fluktuasi harga yang ditentukan oleh perusahaan pemborong dan ongkos produksi yang mahal, sehingga tidak sanggup bersaing dengan perusahaan peternak besar yang ikut melakukan budidaya meskipun melanggar aturan perundang-undangan," tambahnya.

Akibatnya, lanjut Slamet, tidak sedikit keluarga petani, peternak dan nelayan yang kehidupan ekonominya semakin miskin.

Padahal, jumlah mereka besar. Dalam kondisi yang seperti itu, Slamet mempertanyakan di mana kehadiran pemerintah.

"Pemerintah seperti kekurangan anggaran untuk bisa membantu mereka melalui program yang tepat untuk menaikan taraf hidupnya. Akibatnya, mereka selalu menjadi masyarakat pinggiran yang besar," tambah Slamet.

Slamet mengungkapkan, di satu sisi semua mengetahui bahwa ada banyak perusahaan swasta konglomerat yang semakin meroket, hingga masuk menjadi orang atau perusahaan terkaya kelas dunia.

Tapi sayangnya, sambung Slamet, dirinya tidak melihat adanya tanggungjawab sosial atau CSR perusahaan tersebut bagi masyarakat.

"Ternyata CSR mereka dikelola oleh perusahaan konglomerat juga, sebutlah PT Sampoerna Foundation. Tahun 2016 saja, mereka sudah mengelola dana CSR dari 200 perusahaan. Ke mana itu arahnya ? Yang jelas, petani, peternak, dan nelayan masih mengalami kebangkrutan dari usahanya," imbuh Slamet.

Terakhir Slamet menyebut, dirinya mengimbau pemerintah agar mengarahkan dana CSR perusahaan besar untuk meningkatkan taraf kehidupan petani, peternak, dan nelayan melalui pemberian peralatan yang dibutuhkan, iptek dan akses pasar yang dibutuhkan untuk menjaga keberlangsungan usaha mereka.

"Hal itu bisa ditempuh melalui program subsidi harga yang bisa tetap menjaga keuntungan usaha petani, ketika harga berada di bawah harga pasar, demi menjaga keberlangsungan usaha mereka," tandasnya. (Bng)

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Lainnya
Berita

MK Jamin Tak Ada Deadlock saat Pengambilan Keputusan Sengketa Pilpres

Oleh Sahlan Ake
pada hari Kamis, 18 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi (MK) menjamin tidak akan ada deadlock dalam pengambilan putusan sengketa Pilpres 2024. Saat ini, Hakim Konstitusi masih melaksanakan rapat ...
Berita

Pemprov DKI Jakarta Apresiasi Bank DKI Penyumbang Dividen Terbesar

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Pemprov DKI Jakarta melalui Kepala Badan BP BUMD Provinsi DKI Jakarta, Nasruddin Djoko Surjono menyampaikan apresiasi atas kontribusi Bank DKI sebagai Badan Usaha Milik ...