Oleh Alfin Pulungan pada hari Rabu, 15 Apr 2020 - 14:03:32 WIB
Bagikan Berita ini :

Luhut Sebut Korban Korona di Indonesia Kecil, DPR: Tak Punya Empati

tscom_news_photo_1586933180.jpg
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, memandang rendah angka kematian korban virus korona di Indonesia. Mantan tentara era orde baru ini menyatakan jumlah kematian di Indonesia akibat virus Covid-19 tergolong lebih sedikit, kurang dari 500 orang, dibandingkan Amerika Serikat yang sudah 22 ribu orang.

Pernyataan Luhut tersebut mendapat kecaman dari sejumlah pihak. Salah satunya dari anggota komisi kesehatan (Komisi IX) DPR RI, Saleh Partaonan Daulay. Saleh menyebut Luhut ibarat tak punya hati karena memandang remeh angka kematian pasien Covid-19. Padahal, semua pihak tengah berjuang keras agar jangan sampai ada korban bertambah akibat virus ini.

“Pernyataan itu seakan tidak menyisakan empati dan simpati kepada keluarga korban. Belum lagi, ada puluhan dokter dan tenaga medis yang juga meninggal. Kasihan keluarganya jika mendengar pernyataan seperti ini," ujar Saleh dalam pernyataan tertulis kepadaTeropongSenayan, Rabu (15/4/2020).


TEROPONG JUGA:

> Menurut Model Matematika: Angka COVID-19 di Jakarta Bisa 5 Juta Pada Akhir April Nanti

> Pernyataan Luhut Soal Jumlah Korban Corona Undang Kecaman

> Risiko Kematian Virus Corona Capai 3,39 Persen


Dia sangat menyayangkan pernyataan Luhut yang terkesan menilai bahwa korban virus korona yang mencapai 500 orang tergolong sangat kecil dibandingkan dengan jumlah 270 juta rakyat Indonesia. Pasalnya, konstitusi mengamanatkan agar negara melindungi segenap tumpah darah Indonesia. Tentu saja termasuk melindungi rakyat dari incaran virus korona yang sedang menyebar di Indonesia.

Politikus PAN ini mengemukakan beberapa alasan mengapa pernyataan itu tidak layak disampaikan.

Pertama, semestinya pemerintah berupaya keras agar mencari jalan yang cepat dan tepat untuk memutus mata rantai penyebaran virus korona. Pemerintah tidak perlu menyampaikan narasi-narasi yang justru menghilangkan simpati publik. Apalagi, narasi itu bisa jadi menyinggung dan bahkan melukai sebagian orang.

Kedua, data yang disampaikan pemerintah kemarin terkait ODP, PDP, dan yang positif sudah menunjukkan angka yang mengkhawatirkan. Sebagaimana dilaporkan, angka ODP mencapai 139.137, PDP 10.482, dan yang positif 4.839 orang. Jumlah ini tentu tidak sedikit. Apalagi sampai saat ini, vaksin dan obat terhadap penyakit ini belum ditemukan.

Ketiga, sejauh ini masyarakat mengetahui bahwa pemerintah belum sepenuhnya mampu memenuhi semua kebutuhan alkes, obat, dan APD bagi rumah sakit dan seluruh tenaga medis. Kalau memang disebut Luhut jumlah 500 itu sedikit, mestinya seluruh kebutuhan itu bisa dipenuhi dengan mudah. Tidak perlu menjadi polemik dan kontroversi di publik.

Keempat, jika dianggap bahwa jumlah 500 itu sedikit, Saleh mempertanyakan mengapa pemerintah sampai khawatir. Bukti kekhawatiran itu adalah ditetapkannya beberapa status yang harus diikuti masyarakat. Adasocial distancing, physical distancing, dan sekarang PSBB.

“Pejabat negara harusnya hemat bicara. Karena jika ada yang tidak tepat, sulit untuk meluruskannya," tegas ketua DPP PAN ini.

Kelima, WHO sebagai lembaga kesehatan dunia telah mengingatkan Indonesia akan bahaya penyebaran virus covid-19. Peringatan WHO ini bahkan secara khusus ditujukan kepada pemerintah Indonesia. Indonesia diminta untuk segera menetapkan darurat nasional. Hal tersebut sudah diikuti dan ditindaklanjuti oleh Indonesia. Bahkan Kemarin (14/4), Presiden Joko Widodo menandatangani keppres soal penetapan wabah korona sebagai bencana nasional.

“Kan tidak sinkron antara pernyataan itu dengan kebijakan yang diambil pemerintah. Berani gak pemerintah mendiamkan saja masalah ini? Tentu saja tidak. Itu artinya, pemerintah secara institusional menganggap persoalan ini serius," ujar Saleh.

Seperti diketahui, dalam konferensi pers secara virtual, Luhut menyampaikan pemerintah akan mengambil langkah selanjutnya setelah mengevaluasi pelaksanaan PSBB. Kebijakan akan diputuskan dengan berbagai pertimbangan, misalnya data jumlah korban meninggal akibat korona.

Namun, Luhut menyinggung bahwa korban meninggal akibat korona belum terlalu besar. Ucapan Luhut ini dinilai menyepelekan masalah dan menuai kritikan banyak pihak.

“Buat saya juga jadi tanda tanya sih, kenapa jumlah meninggal sampai hari ini, maaf sekali lagi, itu kita angkanya enggak sampai 500 padahal penduduk kita ini kan 270 juta, infected 4.000-an lebih katakan kali sepuluh 50.000,” kata Luhut kemarin (14/4).

Luhut membandingkan jumlah korban meninggal di Indonesia dengan di Amerika Serikat. Ia mengungkapkan di Amerika Serikat korban meninggal lebih banyak meski perbandingan penduduk dengan Indonesia memang berbeda.

“Lah Amerika yang bedanya lebih besar dari kita. Beda penduduk 60 jutaan itu yang meninggal 22.000, yang infected itu hampir 500 ribu. Oke lah kita mungkin kurang testing kit-nya tapi saya bilang tadi sudah dikali jadi 50.000,” cuapnya.

tag: #luhut-binsar-pandjaitan  #corona  #saleh-daulay  #dpr  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
AMIN BANNER 01
advertisement
AMIN BANNER 02
advertisement
AMIN BANNER 03
advertisement
AMIN BANNER 04
advertisement
AMIN BANNER 06
advertisement
AMIN BANNER 08
advertisement
Lainnya
Berita

Kini Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di ATM BRI

Oleh Sahlan Ake
pada hari Kamis, 28 Mar 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Bank DKI kembali menunjukkan komitmennya dalam memberikan layanan terbaik kepada nasabah khususnya dalam layanan digital. Melalui kerja sama dengan PT Jalin Pembayaran ...
Berita

DPR Sahkan RUU Daerah Khusus Jakarta Jadi UU

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --DPR RI resmi mengesahkan Rancangan Undang-Undang Daerah Khusus Jakarta (RUU DKJ) menjadi Undang-Undang (UU). Pengesahan dilakukan pada Rapat Paripurna DPR RI ke-14, di ...