JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan vaksin COVID-19 yang dibutuhkan dan sedang diupayakan harus memiliki tingkat kemanjuran (efikasi) tinggi.
"Vaksin yang kita butuhkan bukan hanya sekadar vaksin yang tersedia dengan cepat, namun juga memiliki efficacy (kemanjuran) yang tinggi," kata Menristek/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang dalam seminar virtual Vaksin Merah Putih: Tantangan dan Harapan, Jakarta, Rabu (14/10).
Menristek Bambang menuturkan vaksin sejak awal harus dijamin aman bagi pengguna dan tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan.
Lalu vaksin juga harus memenuhi kemanjuran atau khasiat yang diinginkan dalam merangsang sistem imunitas untuk menghasilkan antibodi untuk mencegah virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 menginfeksi sel-sel manusia.
"Awal dari vaksin adalah harus safety (aman) dulu, setelah aman, tidak ada side effect (efek samping) yang membahayakan dan baru kemudian kita bicara apakah ini memenuhi efficacy, kemanjuran, khasiatnya apakah sesuai," tuturnya.
Menristek Bambang mengatakan kesiapan penyediaan vaksin juga harus didukung dengan kemampuan peningkatan kapasitas produksi termasuk di dalamnya produksi vaksin untuk uji klinik dan penggunaannya ke masyarakat.
Dia mengatakan untuk menciptakan kekebalan populasi (herd immunity), maka minimal 70 persen dari penduduk harus diberikan vaksin atau kurang lebih 170 juta orang.
Vaksinasi terhadap jumlah penduduk yang besar juga tergantung kepada kesiapan tenaga kesehatan untuk benar-benar bisa melakukan vaksinasi. "Memang tidak mudah melakukan program vaksinasi dengan jumlah penduduk besar," ujarnya.
Dengan dilakukannya vaksinasi COVID-19, maka diharapkan dapat menurunkan kematian dan dan kasus akibat COVID-19, melindungi dan memperkuat sistem kesehatan masyarakat, menjaga produktivitas dan mengembalikan perekonomian masyarakat, serta mencapai kekebalan kelompok (herd immunity) dan melindungi populasi manusia.
Unair Uji Praklinik November
Universitas Airlangga (Unair) berencana mulai melakukan uji praklinik vaksin COVID-19 yang dikembangkan secara mandiri pada November 2020.
"Insya Allah pertengahan November 2020 atau akhir November 2020 kita berharap sudah masuk uji di hewan coba, mudah-mudahan juga berjalan lancar dengan bantuan Biotis yang juga sudah siap dengan seluruh sarana prasarana. Biotis memang salah satu produsen vaksin yang ada di Indonesia," kata Wakil Rektor Unair Ni Nyoman Tri Puspaningsih dalam seminar virtual, Jakarta, Rabu (14/10).
Unair bekerja sama dengan PT Biotis dalam melakukan uji praklinik vaksin tersebut. Tri berharap vaksin Merah Putih yang dikembangkan tersebut dapat menjadi vaksin potensial dalam membantu menangani permasalahan COVID-19 di Indonesia.
"Mudah-mudahan di akhir tahun itu (akhir tahun 2020) semua proses praklinik sudah bisa selesai semua sehingga clinical trial (uji klinik) bisa dimulai di awal tahun 2021," tutur Tri.
Universitas Airlangga sedang mengembangkan vaksin Merah Putih berbasis adenovirus dan adeno-associated virus (AVV) untuk mencegah COVID-19. "Harapannya tentu antigen yang dikeluarkan nanti itu akan lebih tepat untuk menginduksi sistem imun yang ada di sel inang," ujar Tri.
Tri mengatakan teknik serupa pengembangan vaksin itu juga digunakan oleh CanSino China (Ad5-nCoV), Oxford University - Astra Zeneca, Rusia (Sputnik V).
Unair mengembangkan vaksin COVID-19 dengan menggunakan pendekatan non-replicating vector (vektor yang tidak bereplikasi). Vektor adenovirus dan AAV digunakan untuk mengantarkan sekuens yang mengkode protein spike atau receptor binding domain (RBD) dari virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.
Vaksin itu dikembangkan dengan menggunakan isolat virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 yang beredar di Indonesia.
Hingga awal Oktober 2020, Indonesia sudah mengumpulkan 104 hasil pengurutan genom menyeluruh (whole genom sequencing) dari virus SARS-CoV-2 yang bersirkulasi di Indonesia kepada data global yang dikelola GISAID.