Oleh Rihad pada hari Minggu, 07 Feb 2021 - 19:15:15 WIB
Bagikan Berita ini :

Indef Nilai Ekonomi Nasional Membaik, Tapi Masih Minus

tscom_news_photo_1612700115.jpeg
Ilustrasi kondisi mall (Sumber foto : ist)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Lembaga kajian ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai bahwa perekonomian nasional menunjukkan perbaikan namun belum optimal.

"Ada perbaikan, namun belum optimal. Kami perkirakan ekonomi kita masih minus pada triwulan pertama, diperkirakan minus 1 persen," ujar Direktur Eksekutif Indef, Tauhid Ahmad dalam konferensi pers secara daring di Jakarta, Minggu (7/2).

Menurut dia, salah satu faktor yang menjadi penahanan pertumbuhan ekonomi adalah konsumsi rumah tangga yang masih rendah. Menurut dia, harus ada terobosan lain untuk mendorong konsumsi rumah tangga agar pemulihan ekonomi nasional dapat lebih terasa.

Di samping itu, lanjut dia, program PEN untuk UMKM dan korporasi juga harus dikaji kembali agar lebih tepat sasaran sehingga dapat mempercepat pertumbuhan perekonomian nasional, mengingat program PEN pada 2020 untuk sektor itu cenderung lebih banyak digunakan untuk menutup kerugian yang diderita pelaku usaha.

Tercatat, ia mengemukakan, program PEN untuk UMKM sebesar Rp112,44 triliun dan korporasi sebesar Rp60,73 triliun pada 2020 selama tahun 2020. "Untuk tahun 2021 juga memiliki prinsip yang sama dalam penggunaan program PEN. Kondisi itu akan membuat sulit untuk dijadikan penggerak pemulihaan ekonomi. Ke depan harus ada terobosan lain untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional," katanya.

Dalam kesempatan sama, ekonom Indef M Rizal Taufiqurrohman mengatakan sinergitas dan harmonisasi antara kebijakan fiskal dan moneter serta bauran kebijakan (mix policy) perlu ditingkatkan. "Monitoring pengelolaan kebijakan yang lebih terukur akan berdampak terhadap perbaikan pertumbuhan ekonomi nasional 2021," katanya.

Di Atas Rata-rata Global

Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Pengeluaran Negara Kunta Wibawa Dasa Nugraha menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 yang terkontraksi 2,07 persen (yoy) masih di atas rata-rata global.

“Meskipun minus tapi kalau tingkat dunia itu minusnya 3,5 persen berarti kita jauh lebih baik daripada rata-rata dunia bahkan ada negara negara yang minusnya jauh di atas 3,5 persen,” katanya dalam Webinar Percepatan Ekonomi Sosial di Jakarta, Minggu.

Kunta menjelaskan puncak tertekannya perekonomian Indonesia adalah kuartal II-2020 sebesar minus 5,32 persen yang terjadi karena stimulus pemerintah belum terakselerasi secara optimal.

Di sisi lain, ekonomi Indonesia yang mulai membaik pada kuartal III yakni minus 3,49 persen dan kuartal IV minus 2,19 persen terealisasi akibat stimulus pemerintah terus menunjukkan hasil terutama kepada masyarakat.

Menurutnya, berbagai stimulus itu yang menjadi penggerak perekonomian Indonesia sehingga secara keseluruhan tahun 2020 mampu tumbuh minus 2,07 persen.

“Ini stimulus kita sudah berjalan, stimulus yang kita berikan oleh pemerintah itu telah menggerakkan perekonomian sehingga pertumbuhan ekonomi kita 2020 hanya minus 2,07 persen,” katanya.

Terlebih lagi, stimulus perlindungan sosial dalam program pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang cakupannya semakin luas dan targeting semakin baik telah mampu menjangkau hampir semua 40 persen masyarakat berpenghasilan terendah.

Ia menuturkan stimulus perlindungan sosial merupakan intervensi dari pemerintah dalam mendorong konsumsi seluruh lapisan masyarakat. “Semua desil bisa merasakan bantuan pemerintah bahkan desil satu dan dua justru positif,” ujarnya.

tag: #ekonomi-indonesia  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement