Oleh Bachtiar pada hari Sabtu, 10 Apr 2021 - 13:49:17 WIB
Bagikan Berita ini :

FPD Sambut Positif Kebijakan Penggabungan Kemenristek ke Kemendikbud

tscom_news_photo_1618037357.jpg
Dede Yusuf Politikus Partai Demokrat (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)- Wakil Ketua Komisi X DPR RI Dede Yusuf Macan Effendi meyambut positif, kebijakan pemerintah untuk melebur fungsi Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) ke dalam Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

"Pointnya kami di komisi X DPR senang, karena selama ini mitra kami hanya empat, menteri pendidikan, pariwisata, olahraga dan perpustakaan. Kalau ada riset masuk kita tertambah mitra karena kita juga kekurangan mitra sementara kalau komisi lain ada 9-10 mitra," kata Politikus Partai Demokrat itu kepada wartawan, Sabtu (10/4/2021).

Dede Yusuf mengungkapkan, alasan lain menyambut positif rencana peleburan dua Kementerian ini karena selama ini pendidikan di Indonesia sangat kurang peneliti.

"Proses penelitian kita ini sebut saja jurnal-jurnal praktis di luar negeri itu (jarang) sekali mengutip jurnal dari Indonesia. Artinya penelitian kita dianggap belum menjadi referensi bagi orang yang akan melakukan penelitian," tandasnya.

Dede melanjutkan, selama ini anggaran penelitian di Indonesia juga sangat kecil. Hal ini membuat kampus, dan perguruan tinggi negeri di Indonesia tidak memiliki hasil penelitian atau tembus ke kategori level nobel.

"Artinya penelitian kita didorong diseriusin. Padahal kita lihat mahasiswa kita peneliti kita sering menemukan hal bagus dan membutuhkan penelitian yang lebih lanjut," tutur Dede.

"Penelitian itu harus bisa di back-up anggaran perizinan dan hak cipta serta selanjutnya. Selama ini kan belum ada lanjutannya maka itu menjadi salah satu sebab produk kita jarang dijadikan unggulan," tambah Dede.

Politikus Demokrat ini menegaskan, jika dioptimalkan sektor riset akan sangat bermanfaat. Pasalnya, riset selama ini identik dengan peluang, seperti investasi dan devisa.

"Contohnya negara kita kaya dengan kelimpahan nikel, tapi tidak ada yang melakukan riset bagaimana Indonesia supaya menjadi negara penghasil baterai terbesar. Yang ada kita membuka asing untuk melakukan tambang dan mereka mendapatkan sebutan negara penghasil baterai," lirih Dede.

Dengan demikian, Dede menekankan, jika riset itu bukan kategorinya hanya kampus. Riset, tegas dia, juga merupakan cara meneliti berbagai potensi sehingga menjadi keunggulan.

"Artinya peluang besar dalam riset, sayang kita menganggap riset itu masih sebatas rencana bukan kepada keunggulan," jelas Dede.

Meski demikian, Dede menilai, penyesuaian dari peleburan dua nomenklatur Kementerian ini memerlukan waktu.

Dede mengaku yakin, Menteri Pendidikan dan Kebudayaaan Nadiem Makarim akan kelabakan karena rencana ini.

"Saya yakin mas Nadiem kelabakan karena dia sedang fokus ke sekolah merdeka (kampus merdeka) lalu tiba-tiba masuk riset dan penelitian.
Terlebih lagi, riset dan penelitian ini kan bukan hanya riset journal akademisi, tetapi ini riset praktek," tandas Dede.

Diketahui, DPR RI telah menyetujui usulan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait penggabungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dengan Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek).

tag: #dpr  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
AMIN BANNER 01
advertisement
AMIN BANNER 02
advertisement
AMIN BANNER 03
advertisement
AMIN BANNER 04
advertisement
AMIN BANNER 06
advertisement
AMIN BANNER 08
advertisement