JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo, menyatakan guru dan orangtua masih khawatir lantaran kasus Covid-19 makin melonjak. "Memang tidak sedikit orang tua dan guru yang mendesak sekolah segera dibuka meski kasus melonjak secara nasional," kata Heru di Jakarta, Senin (7/6).
FSGI, lanjutnya, menyayangkan bila sekolah tatap muka dipaksakan serentak pada Juli mendatang. Padahal, program prioritas vaksin kepada guru juga belum tuntas sesuai target di Juni 2021. Hingga 31 Mei 2021 baru 28 persen guru yang divaksin seluruh Indonesia. Heru mengungkapkan, hanya Pemprov DKI Jakarta yang vaksin terhadap gurunya mencapai 78 persen.
"Pantauan FSGI, guru yang menolak divaksin di sejumlah daerah juga banyak dengan alasan khawatir pada efek samping. Di tambah fakta bahwa orang yang divaksin masih mungkin tertular Covid-19," tuturnya.
Melihat kondisi tersebut, FSGI mendorong pemerintah daerah tidak membuka PTM di sekolah/madrasah hanya dengan pertimbangan gurunya sudah divaksin. Kekebalan kelompok belum terbentuk di sekolah ketika guru divaksin tetapi peserta didik belum divaksin mengingat vaksin anak belum ada.
Menkes: Hati-hati
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, kegiatan belajar mengajar secara tatap muka terbatas akan dijalankan secara ekstra hati-hati. Jumlah kapasitas akan dikurangi dari tadinya 50 persen menjadi 25 persen.
Sekolah tatap muka rencananya akan dilakukan pada Juli mendatang.
"Tatap muka dilakukan secara terbatas. Pertama hanya boleh maksimal 25 persen dari total murid," kata Budi, usai rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan, Senin (7/6/2021).
Budi menyebutkan, Presiden meminta pembukaan sekolah tatap muka dilakukan secara sangat hati-hati. Ini harus dilakukan mengingat melonjaknya kasus Covid-19 di sejumlah daerah di Indonesia, seperti Kudus (Hawa Tengah) dan Bangkalan (Jawa Timur).
Selain pembatasan kapasitas, durasi sekolah tatap muka juga dibatasi.
Sekolah hanya boleh dilakukan maksimal dua jam setiap harinya dan tidak boleh lebih dari dua hari selama seminggu.
"Opsi menghadirkan anak ke sekolah tetap ditentukan oleh orang tua. Dan semua guru sudah harus selesai divaksinasi sebelum dimulai," katanya.