JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Tak hanya ke Gedung Putih menemui Presiden Obama, selama lawatan kenegaraan ke Amerika Presiden Jokowi juga mampir bertemu bos Google, Facebook dan Microsoft.
"Presiden juga berencana berbicara dengan bos Google, Facebook, dan Microsoft. Bersama Google, Presiden ingin mendiskusikan distribusi akses internet ke daerah terpencil, seperti Papua."
Demikian diberitakan dalam situs setkan.go.id, Sabtu (24/10/2015). Ditambahkan pada pertemuan itu Presiden ingin bekerja sama untuk mewujudkan pendidikan teknologi yang mumpuni di universitas-universitas Indonesia.
Selain itu Presiden juga dijadwalkan akan datang ke kantor pusat Apple di Cupertino, California. Jokowi juga akan makan malam bersama CEO Apple Tim Cook, serta membahas rencana Apple untuk berinvestasi membeli timah dari Indonesia.
Pengembangan bisnis dan industri teknologi informasi memang menjadi salah satu agenda penting Presiden selama di Amerika. Untuk itu ikut dalam rombongan Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara dan sejumlah pengembang startup.
Menurut Menkominfo Rudiantara, Presiden Jokowi dijadwalkan bertemu para petinggi perusahaan teknologi informasi di Silicon Valley. Kawasan berkumpulnya perusahaan teknologi raksasa di California.
“Salah satu agenda kunjungan kenegaraan itu adalah bertukar pikiran dan belajar mengenai pembinaanstartupdane-commerce,” kata Rudiantara.
Selain akan menjalin kerja sama lebih lanjut dibidaange-commerce, Presiden Jokowi juga akan membahas serta bertukar informasi tentang sistem pendanaan, logistik, hingga proteksi konsumen pada startup.
Rudiantara mengatakan, pihaknya akan membahas mengenai pengembangan e-commerce. Dia juga mengatakan tidak menutup kemungkinan bahwa nanti akan ada kerja sama lebih lanjut mengenai e-commerce ke depannya
“Siapa tahu nanti bisa terjadi Poros Jakarta-Silicon Valley,” ujar Rudiantara. Menurut dia Indonesia akan jadi kawasan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara dengan salah satu penggeraknya e-commerce.
Menurut Rudiantara, Pemerintah menargetkan bisnise-commercedi Indonesia dapat mencapai 130 miliar dollar AS pada 2020. “Maka itu, kita akan lihat di sana seperti apa, berapa technoprenuer, area, dan lainnya yang diperlukan,” jelas Menkominfo.
Rombongan akan bertukar informasi terkait beberapa hal seperti sistem pendanaan, logistik, hingga proteksi konsumen padastartupdi sana. “Kami akan berbagi pengetahuan agar Indonesia dapat memiliki e-commerce yang unicorn (established),” tambahnya.
Hal itu dibutuhkan karena Menkminfo menginginkan agar hanya perusahaan yang masuk kategoriestablishedyang mendapatkan dana dari asing. Jika masih startup dan UKM sebaiknya tidak dapat bantuan asing karena akan dapat lebih menguntungkan pihak asing.
“Kita harus kembangkan dulu startup. Setelah punya nilai dan menjadi established, baru bisa dapat dana dari asing,” lanjut Rudiantara.(ris)