JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Pertarungan kursi Ketua Umum Partai Golkar diprediksi akan berlangsung sengit. Sejumlah tokoh menyatakan kesiapannya menuju gelanggang. Ade Komarudin dan Setya Novanto disebut-sebut akan bersaing ketat.
Bagaimana peta pertarungan jika Ade Komaruddin (Akom) dihadapkan dengan Setya Novanto (Setnov) dalam perebutan kursi Ketua Umum Partai Golkar? Berikut ini analisa dari prediksinya berdasarkan empat indikator utama kekuatan dan kelemahan masing-masing.
Setnov didukung oleh sumber pembiayaan yang jauh lebih unggul dibandin Akom. Setnov adalah pebisnis ulung yang memiliki jaringan kuat. Khabarnya, triliunan rupiah disiapkan oleh Setnov demi merebut kursi tertinggi partai beringin ini.
Meski kalah unggul dalam penguasaan sumber dana, Akom tidak bisa dikatakan lawan enteng. Ketua DPR ini didukung habis oleh Bambang Soesatyo, Ketua Komisi III DPR yang memiliki bisnis batubara di Kalimantan Selatan.
Prestasi atau karir politik Akom bisa dikatakan seimbang dengan Setnov. Ke dua tokoh ini adalah anggota legislatif lima periode. Di Golkar, sama-sama memiliki rekam jejak yang panjang. Setnov bertahun-tahun sebagai Bendahara. Akom bertangan dingin menangani organisasi dan kader.
Di DPR RI, Akom adalah Sekretaris Fraksi Partai Golkar saat Ketua Fraksi Partai Golkar dijabat Setnov. Saat Setnov menjadi Ketua DPR, Akom menjadi Ketua Fraksi Partai Golkar. Bulan lalu, saat Setnov mundur maka Akom menggantikannya sebagai Ketua DPR.
Akom bisa dikatakan unggul menguasai jaringan dibanding Setnov yang menginduk pada Kosgoro 1957. Politisi asal Purwakarta ini adalah Ketua Depinas Soksi dan mantan Ketua PB HMI. Dua organisasi masa ini kini dimanfaatkan secara maksimal oleh Akom menggalang kekuatan merebut kursi Ketua Umum Partai Golkar.
Setnov memiliki catatan kasus yang mencuat ke publik. Paling baru adalah kasus yang dikenal 'Papa Minta Saham' yang membuatnya mundur dari posisi Ketua DPR. Sebelumnya, politisi kelahiran Bandung ini juga tersangkut kasus cesie Bank Bali.
Akom? Sejauh ini memang belum muncul tersangkut kasus yang mencuat ke publik. Sebagai catatan Akom pernah menjadi Pimpinan Komisi VI DPR RI saat gencarnya proses go public sejumlah BUMN. Proses ini menjadi sorotan masyarakat karena membuat saham BUMN beralih ke tangan asing.
Namun, pertarungan politik bukan hitungan matematika. Tak mudah diprediksi. Siapakah yang akan menjadi pemenang jika ke dua sosok politisi itu berhadap-hadap dalam pertarungan final perebutan kursi Ketua Umum Partai Golkar? Tunggu bulan depan.(ris)