JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Satuan Koordinator Nasional Barisan Ansor Serbaguna (Satkornas Banser) menuntut pemerintah adil dalam menyikapi berbagai tuntutan pengungkapan peristiwa 1965.
Sehingga, kata dia, istilah korban tidak selalu diidentikkan pada PKI. Padahal, kata dia, Ormas Nahdhatul Ulama juga pernah menjadi sasaran pembantaian PKI pada tahun 1948.
"Tidak hanya PKI, berapa korban kiai NU. Jadi harus diingat bahwa korban itu bukan hanya PKI. Dari pihak NU, para kiai NU, kiai Ansor dan Banser itu banyak juga. Tetapi kenapa ini juga tidak disebutkan juga sebagai korban," ujar Alfa kepada TeropongSenayan di Jakarta, Jumat (13/5/2016).
Alfa meminta negara tidak terjebak pada dorongan pihak tertentu yang ingin menutupi kesalahan masa lalu kelompoknya. Bagaimanapun, kata dia, PKI menjadi kelompok politik yang melakukan pembunuhan terhadap para kiai di hampir seluruh di Indonesia.
Lebih dari itu, Alfa mengingatkan data tentang korban PKI yang selama ini ada masih belum bisa dibuktikan kejelasannya. Disatu sisi, ucap dia, negara tidak terjebak pada anasir HAM yang selama ini didorong kelompok tertentu sebagai alasan untuk mengungkap korban PKI.
"Jadi jangan sampek tercipta opini yang menjadikan negara terjebak di wilayah apa yang disebut HAM. Kalo mau diskusi tentang HAM, maka kiai yang dibunuh oleh PKI, Banser, dan kiai Ansor juga, mengapa tidak disebut juga sebagai korban HAM. Maka negara harus hadir tentang adanya korban mulai tahun 1948 tentang kasus Madiun, berapa korban kiai NU yang meninggal dunia. Di Banyuwangi, Tulugangung, Kediri, Magetan dan lain sebagainya. Karena itu, seluruh data itu harus logis," paparnya.(yn)