Opini
Oleh Ariady Achmad pada hari Jumat, 27 Mei 2016 - 10:23:41 WIB
Bagikan Berita ini :

Menyoal Efektifitas Paket Ekonomi

42d0d202525e3a7f8d28cb99ecbe03e558cbfe7d6e.jpg
Kolom Obrolan Pagi Bareng Ariady Achmad (Sumber foto : Ilustrasi)

Belum pernah ada rezim pemerintahan di Indonesia yang mengeluarkan paket kebijakan ekonomi beruntun seperti dilakukan kabinet Presiden Jokowi. Hanya dalam waktu kurang dua tahun ada dua belas paket ekonomi yang diluncurkan oleh pemerintahan Presiden Jokowi.

Ini bisa dipahami sebagai bentuk perhatian pemerintah ini mengelola dan memperbaiki perekonomian. Pemerintah ingin bergerak cepat mendorong perputaran roda perekonomian ditengah kepercayaan yang tinggi setelah memenangkan pilpres 2014.

Namun juga bisa dilihat dari bentuk kepanikan mengelola perekonomian. Sebab, paket kebijakan ekonomi seperti diobral demi 'mengejar setoran'. Paket kebijakan ekonomi layaknya obat sakit kepala. Pusing sedikit saja langsung menelan obat atau diluncurkan paket ekonomi meski sebenarnya belum tentu dibutuhkan.

Setidaknya, efektifitas dua belas paket kebijakan ekonomi tersebut rasanya masih belum nendang. Pertumbuhan ekonomi masih dibawah target, inflasi belum sepenuhnya bisa dikendalikan, kurs rupiah tak juga menguat, investasi juga masih kedodoran.

Di daerah khabarnya malah masih merisaukan. Kalangan pelaku usaha mengatakan belum bisa bergerak leluasa. Belanja pemerintah daerah belum bisa direalisasikan. Konsumsi masyarakat juga tergolong stagnan. Pilihannya hanya menahan diri agar biaya-biaya usaha tak membengkak.

Pemerintah sendiri mengakui belum bisa berharap banyak terhadap peran korporasi. Konsumsi masyarakat yang sempat mendorong roda perekonomian juga melambat. Namun seperti tak kuasa memanaskan perekonomian dengan anggaran yang dikuasainya. Bukankah ini tanda-tanda jebakan lingkaran setan perekonomian?

Perintah Presiden Jokowi kepada para pembantunya untuk mengevaluasi paket kebijakan ekonomi sebenarnya merupakan langkah yang tepat. Menengarai efektifitas deregulasi dan kebijakan ekonomi yang dikeluarkan rendah, Jokowi jelas tidak puas.

Apakah para pembantunya bisa menangkap dan menerjemahkan keinginan Presiden? Ini masih perlu diuji. Sebab, ada tanda-tanda ketidakharmonisan tim ekonomi. Lagi-lagi tarik menarik kepentingan belum sepenuhnya bisa diatasi. Ini bisa mengancam koordinasi tim ekonomi.

Kita berharap pemerintahan Presiden Jokowi ini bisa lolos dari jebakan tekanan perekonomian.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
AMIN BANNER 01
advertisement
AMIN BANNER 02
advertisement
AMIN BANNER 03
advertisement
AMIN BANNER 04
advertisement
AMIN BANNER 06
advertisement
AMIN BANNER 08
advertisement
Opini Lainnya
Opini

In Prabowo We Trust" dan Nasib Bangsa Ke Depan

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Kamis, 28 Mar 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidatonya kemarin di acara berbuka puasa bersama, "Partai Demokrat bersama Presiden Terpilih", tanpa Gibran hadir, kemarin, ...
Opini

MK Segera saja Bertaubat, Bela Rakyat atau Bubar jalan

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi (MK) segera bertaubat. Mumpung ini bulan Ramadhan. Segera mensucikan diri dari putusan-putusan nya yang menciderai keadilan masyarakat.  Di ...