JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia, Ridlwan Habib menilai, teror bom di Gereja Santo Yoseph, Medan, adalah aksi amatir dan salah sasaran.
Ia melihat, motif dari teror bom tersebut sangat provokatif untuk memecah belah kerukunan antar umat beragama.
"Itu serampangan dan tujuannya agar masyarakat terpecah belah," kata Ridlwan saat dihubungi di Jakarta, Minggu (28/8/2016).
Menurut Ridlwan, dari rangkaian bom yang dibuat asal-asalan menunjukkan bahwa pelaku mash amatir. Daya ledak yang ditimbulkan tidak fatal bagi pelakunya sendiri.
Selanjutnya, pelaku salah sasaran dengan menyerang sebuah misa di gereja.
"Padahal itu tidak ada dasarnya kecuali memang tujuannya pecah belah dan adu domba. Kalau ISIS yang ditarget utama adalah aparat polisi dan pemerintah," ucapnya.
Sebelumnya diberitakan bom bunuh diri meledak di sebuah Gereja Katolik Stasi Santo Yosep di Jalan Dr Mansur Nomor 75 Medan, Sumatera Utara, Minggu (28/8/2016). Pastor Albert S. Pandingan dikabarkan mengalami luka ringan di bagian lengan kiri.
Beberapa saksi menceritakan, peristiwa itu terjadi ketika Pastor Albert S. Pandingan hendak berkotbah di mimbar. Tiba-tiba seorang laki-laki yang diduga berinisial IAH menghampiri pastor tersebut sambil membawa sebuah bom rakitan dalam tas dan sebilah pisau.
Mengetahui kejadian itu, beberapa jemaat gereja tersebut langsung menghubungi pihak kepolisian yang menurunkan tim penjinak bahan peledak dari Satuan Brigade Mobile Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Brimob Polda Sumut).
Selain mengamankan pelaku teror, pihak kepolisian juga melakukan sterilisasi di gereja tersebut melalui tim penjinak bahan peledak dari Satuan Brimob Polda Sumut.(plt)