JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Pengamat politik dari Monash Institute Muhammad Nasih mengatakan, kerumunan massa sepanjang jalur car free day (CFD) tidak bisa diklaim begitu saja merupakan bagian massa aksi parade Bhineka Tunggal Ika.
"Sepertinya semua orang yang mau menggunakan akal dengan objektif akan tahu bahwa hampir semua orang yang ada di sekitar HI itu niatnya hanya olah raga," terang Nasih kepada TeropongSenayan di Jakarta, Minggu (4/12/2016).
Selain itu, lanjut dia, pesan aksi 412 tersebut tidak jelas tujuannya kemana.
"Kalau bilang tentang menjaga kebhinnekaan, memang ada masalah apa? Kalau mau bikin acara itu, mestinya di Papua sana, di daerah yang masih ada gerakan separatisme. Untuk menguatkan rasa ke-Indonesia-an mereka yang merasa didiskriminasikan," sindir dia.
Nasih berpandangan, aksi yang digelar tersebut hanya ingin menunjukkan loyalitas kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Dalam situasi seperti sekarang ini, mereka berpikir bahwa presiden butuh support berupa kerumunan massa," tandasnya.
Menurut dia, pengerahan massa di saat hari bebas kendaraan dimaksudkan agar mereka terlihat banyak.
"Dalam demokrasi itu sah-sah saja. Hanya saja, telah terbukti bahwa upaya mereka gagal. Aksi kebhinnekaan hanya dihadiri oleh sejumlah orang yang jauh dari target. Nah, agar tidak terlalu memalukan, maka digunakanlah area car free day. Siapa tahu jadi kelihatan banyak," tukasnya.(yn)