JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Warga Jakarta tak perlu pemimpim yang hanya pandai beretorika, tanpa program nyata. Retorika akan sia-sia jika hanya untuk menarik simpati warga.
Pengamat Kebijakan Publik, Azas Tigor Nainggolan menyatakan hal itu menanggapi adanya kandidat gubernur/wakil gubernur DKI Jakarta yang terjebak dalam retorika. Menurutnya, jebakan itu akan merugikan dirinya sendiri, karena warga Jakarta kini sudah sangat kritis terhadap berbagai janji manis dari kandidat.
"Masyarakat Jakarta itu sudah mengukur apakah program yang disampaikan kandidat masuk akal atau tidak. Bila retorika dan janjinya berlebihan maka warga juga yang akan menghukum dengan tidak memilih yang bersangkutan di Pilkada DKI Februari nanti," ucap Tigor saat dihubungi, Jakarta, Sabtu (17/12/2016).
Menurutnya, sejauh ini yang akan dinilai warga adalah kerja nyata masing-masing kandidat saat masih menduduki jabatan strategis.
"Bukan hanya rekam jejak petahana, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) saja yang dipelajari warga. Hal yang sama juga akan dipelajari warga kepada kandidat lainnya. Seperti pak Anies Baswedan saat menjabat Menteri Pendidikan dan Pendidikan apa yang sudah dilakukan," jelas Tigor.
"Begitupun dengan Agus Harimurti Yudhoyono rekam jejaknya di militer juga dipelajari warga untuk memilih pemimpin terbaik untuk mereka," ucap mantan Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) ini.
Seperti diketahui, berbagai strategi dilakukan para kontestan Pilkada DKI untuk meraih dukungan suara warga. Selain terjun langsung menemui masyarakat, penyampaian retorika atau pidato dilakukan kandidat.
Seperti yang dilakukan pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur DKI nomor pemilihan satu, Agus Harimurti Yudhoyono- Sylviana yang menggelar pidato berkonsep pembanguna Jakarta di masa depan di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (17/12/2016). (plt)