ANKARA (TEROPONGSENAYAN) - Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu menyebutkan bahwa pelaku penembakan terhadap Duta Besar Rusia untuk Turki Andrey Karlov diketahui adalah seorang polisi.
Pelaku tersebut diidentifikasi merupakan seorang polisi anti huru-hara yang bekerja di Ankara, Turki.
Dilansir dari kantor berita AFP, Selasa (20/12/2016), pelaku diketahui telah bekerja sebagai polisi anti huru-hara selama dua setengah tahun. Polisi itu diidentifikasi bernama Mevlut Mert Altintas (22).
Usai menembak Karlov, Altintas disebut menolak untuk menyerah dan tetap di lokasi. Baku tembak Altintas dengan polisi berlangsung selama 15 menit hingga akhirnya dia tewas.
Pihak otoritas mengatakan keluarga Altintas, kedua orangtua dan saudara perempuannya, ditangkap untuk dimintai keterangan. Mereka diinterogasi di rumah mereka di wilayah barat Turki.
Sementara itu Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova mengatakan akibat serangan itu Karlov dinyatakan tewas. Dia mengatakan aksi tersebut sebagai tindakan teror.
"Kami mengklasifikasikan serangan tersebut sebagai aksi teroris. Para pembunuh akan dihukum," kata dia.
"Masalah ini akan dibahas di Dewan Keamanan PBB. Terorisme tidak akan menang," tegas Zakharova.
Insiden itu terjadi setelah aksi protes di Turki terkait peran Rusia di Suriah. Meski saat ini Moskow dan Ankara bekerja sama untuk mengevakuasi warga dari kota Aleppo.
Juru bicara kepresidenan Ibrahim Kalin mengatakan Presiden Turki Tayyip Erdogan sudah menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin. Erdogan menjelaskan secara singkat kepada Putin tentang serangan itu.
Kepala program Rusia dan Eurasia di Chatham House, James Nixey, yang berbasis di London mengatakan Moskow akan menggunakan serangan itu untuk meningkatkan tindakan yang disebut oleh Kremlin sebagai 'perang melawan teror'.
"Saya rasa Rusia tidak akan menyalahkan orang Turki untuk ini, tetapi akan berusaha memanfaatkan untuk keuntungan yang lebih luas," katanya.
"Jelas militer Rusia akan menyerang untuk darah, mereka akan ingin balas dendam," sambung Nixey.
Turki bersumpah tidak akan mengizinkan pembunuhan untuk merusak hubungan dengan Moskow, yang secara dramatis telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
"Kami tidak akan membiarkan serangan ini untuk membayangi hubungan Turki-Rusia," kata kementerian luar negeri Turki dalam sebuah pernyataan.
Penembakan terhadap Dubes Rusia untuk Turki terjadi di Cagdas Sanatlar Merkezi, sebuah ruang pameran seni utama di Distrik Cankaya dari Ankara. Sebagian besar kedutaan asing berada di wilayah Ibu Kota Turki tersebut, termasuk misi Rusia.
"Ketika duta besar itu menyampaikan pidato, seorang pria jangkung yang mengenakan setelan jas, melepaskan tembakan ke udara pertama dan kemudian membidik duta besar," terang koresponden Hurriyet Hasim Kilic, yang berada di tempat kejadian.
"Dia mengatakan sesuatu tentang Aleppo dan 'balas dendam'. Dia memerintahkan warga sipil untuk meninggalkan ruangan. Ketika orang-orang melarikan diri, dia menembak lagi," tutupnya.(yn)