Berita
Oleh M Anwar pada hari Kamis, 29 Des 2016 - 15:52:40 WIB
Bagikan Berita ini :

Tumpuk Utang, Indef Sebut Kebijakan Fiskal Pemerintah Tidak Kredibel

45utang-negara.jpg
Ilustrasi (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Kebijakan pemerintah yang merespons masalah fiskal dengan kebijakan utang baru dikritisi Institute Development for Economic and Finance atau Indef.

Pengamat ekonomi dari Indef Imaduddin Abdullah menilai, langkah Kementerian Keuangan yang kerap membuat kebijakan utang baru menunjukkan bahwa fiskal yang disusun pemerintah tidak kredibel.

Terlebih, kata Imaduddin, dampak dari utang baru tersebut juga mengorbankan industri perbankan.

"Dengan kondisi tersebut, Indef melihat kredibilitas pemerintah dalam mengelola fiskal semakin dipertanyakan. Dimulai dari tidak kredibelnya target penerimaan," kata Imaduddin di Jakarta, Kamis (29/12/2016).

Dia membeberkan, kondisi tidak kredibelnya pengelolaan fiskal ini juga bisa dilihat dari adanya ancaman defisit anggaran sepanjang tahun ini, tapi kemudian direspons pemerintah malah dengan berlomba menerbitkan surat utang.

Ia mengungkapkan, meski penerbitan SBN diserbu investor asing dan menandakan SBN kita masih dipercaya investor, namun kondisi tersebut justru memendam ancaman yang luar biasa.

"Dampaknya ketika asing tiba-tiba menjual SBN itu, guncangan di sektor keuangan sudah pasti akan terjadi. Apalagi memang gencarnya SBN ini sudah menggerus suku bunga perbankan. Sehingga perang suku bunga ini tak bisa lagi dihindarkan," tuturnya.

Dalam dua tahun terakhir di era pemerintahan Jokowi, lanjutnya, SBN semakin menggemuk. Hingga saat ini, totalnya mencapai Rp2.707,81 triliun. Sementara utang lainnya sebanyak Rp731,98 triliun. Angka ini selalu diklaim pemerintah masih rendah.

"Karena dalih pemerintah itu melihatnya ke rasio utang terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) yang kata pemerintah masih rendah dibanding negara lain. Memang rasionya masih 28 persen. Namun jika dilihat dari trennya, pemerintah itu sudah ketagihan utang," ujarnya.

Selain itu, kata Imaduddin lebih jauh, defisit anggaran memang kian lebar, sehingga hal ini terus menjadi dalih pemerintah untuk berutang. Walaupun sudah dilakukan banyak langkah, namun ancaman defisit terus menghantui.

Per Oktober 2016, defisit anggaran sudah mencapai Rp268,3 triliun atau 90,4 persen dari target APBN Perubahan 2016. Hal ini kian membuktikan tak kredibelnya pemerintah dalam mengelola fiskal di tahun ini.

"Sehingga sampai akhir tahun diperkirakan akan meningkat menjadi 2,7 persen terhadap PDB. Kondisi ini membuat pemerintah harus mencari sumber pembiayaan defisit," terangnya.(yn)

tag: #utang-pemerintah  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Berita Lainnya
Berita

Ali Wongso: SOKSI Dukung Penuh Jokowi dan Gibran Berada di Partai Golkar

Oleh Sahlan Ake
pada hari Kamis, 25 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Ketum SOKSI ,Ir. Ali Wongso Sinaga mendukung penuh Pak Jokowi dan Pak Gibran berada di Partai Golkar. Hal ini sebagaimana pernyataan Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto ...
Berita

Bamsoet Apresiasi KPU dan Dukung Penetapan Prabowo - Gibran Sebagai Presiden dan Wapres RI

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo mengapresiasi kerja keras komisi Pemilihan Umum (KPU) serta mendukung penetapan Komisi Pemilihan ...