Opini
Oleh M Hatta Taliwang pada hari Kamis, 05 Jan 2017 - 12:03:00 WIB
Bagikan Berita ini :

Misteri Hubungan Jenderal Yani dan Jenderal Soeharto Menurut Jenderal AH Nasoetion

64Hatta Taliwang.jpg
M Hatta Taliwang (Sumber foto : Eko S Hilman/TeropongSenayan)

"Dalam suasana korstluiting yang telah parah antara Jenderal Yani dengan saya terjadilah musibah 1 Oktober 1965 itu. Maka sungguh tidak realistis menuduh saya berkomplot (Dewan Jendral-edit penulis) untuk mengkudeta Presiden Soekarno.

Sejak tahun 1963 tidak pernah lagi ada konsultasi yang berarti antara kami berdua, kecuali sekedar bertemu secara insidental yang tentu tidaklah berarti konsultasi, paling sekedar briefing insidental seperlunya.

Justru Jendral Soeharto lah yang lebih sering datang ke saya.

Hubungan antara Panglima AD( Jenderal Yani) dengan pejabat nomor 2 ( Jenderal Soeharto) ini menurut penglihatan saya tidak merupakan pertentangan.

Memang ada seorang Asisten Panglima AD yang mengucapkan kepada saya "seolah-olah Jendral Soeharto satu blok dengan saya".

Memang konstalasi sudah berubah. Kalau masa saya KSAD, maka di KSAD inilah pucuk pimpinan AD. Namun kini pucuk itu sudah bergeser ke Komando Tertinggi(KOTI), ke Bung Karno sebagai Panglima Tertinggi/ Panglima Besar.

Jendral Soeharto saya lihat jarang hadir dalam resepsi-resepsi Jendral Yani dan hal ini pernah saya katakan pada Soeharto.

Soeharto sering berbicara dengan saya soal soal AD. Hubungan saya dengan Soeharto lebih banyak soal AD.

Hubungan saya dengan dia menurut perasaan saya selalu baik terutama sejak Soeharto menjadi Panglima Diponegoro. Kelak ada saja orang-orang yang mengatakan bahwa hubungan saya dengan Soeharto menjadi tidak baik karena perkara barter Diponegoro. Terus terang saya tidak pernah merasakan demikian!

Jenderal Gatot Soebroto dan Jenderal Yani sering menilai Jenderal Soeharto sebagai "penjamin" di Jawa Tengah.

Jenderal Yani lah yang mendesak saya, agar saya membawa Jenderal Soeharto dalam kunjungan-kunjungan ke luar negeri dalam rangka mempersiapkannya dalam jabatan jabatan yang lebih tinggi kelak.

Dengan kepercayaan demikian, Jenderal Soeharto diejek juga oleh perwira perwira yang agak cemburu sebagai "pemborong jabatan".

Sebelum ia menjadi Panglima Mandala Pembebasan Irian Barat, juga sebagai Deputi KSAD merangkap Pj Panglima Pertahanan Udara dan Sebagai Panglima Caduad, persiapan menjadi Kostrad."(Buku MEMENUHI PANGGILAN TUGAS hal 191).(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Ahlan Wa Sahlan Prabowo Sang Rajawali!

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Rabu, 24 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi sudah memutuskan Prabowo Subianto sah sebagai Presiden RI ke delapan. Itu adalah takdir Prabowo yang biasa dipanggil 08 oleh koleganya. Keputusan MK ...
Opini

Jalan Itu Tidaklah Sunyi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --"Jika Mamah jadi penguasa apakah Mamah akan menjadikan anak Mamah pejabat saat Mama berkuasa?" Itu pertanyaan anakku malam ini. Aku mendengarkan anakku ini. ...