Opini
Oleh Suripto pada hari Selasa, 17 Jan 2017 - 08:21:14 WIB
Bagikan Berita ini :

Indonesia dalam Kepungan Perubahan Geopolitik dan Geostrategi Dunia

34IMG_20170117_081837.jpg
Suripto (Sumber foto : Istimewa )

Dunia saat ini ditandai menguatnya peristiwa Berita (Britania Exit) dimana Inggris keluar dari Uni Eropa dan juga terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika. Sedangkan di Asia Pasifik, Tiongkok menerapkan apa yang disebut One Belt One Road, yaitu suatu strategi global yang mengandung muatan perilaku ekspansionis.

Peristiwa itu semua telah mengundang aksi dan reaksi dari berbagai negara yang berpusat pada 3 isu sentral yang menonjol di dunia dewasa ini, yakni :
1. Nasionalisme. 2. Pengumuman hegemoni antara dua kapitalisme (corporate capiltalism dan strate capiltalism). 3. Rasa tidak puas serta kekecewaan publik (populer discontent) terhadap sistem yang mapan (anti establishment).

Ketiga isu sentral ini yang akan melatarbelakangi geopolitik dan geostrategi saat ini maupun masa depan dunia. Apakah ketiga isu sentral ini mempunyai implikasi serta dampak kepada Indonesia? Lantas bagaimana kita harus menyikapinya? Apakah kita juga mempunyai geopolitik dan geostrategi untuk tampil juga dalam pengumulan (tug of war) di arena global dan regional?

Tiga Isu Sentral Dunia

Di Eropa terdapat indikasi munculnya apa yang disebut deglobalisasi, yaitu garis kecenderungan (trend) yang mementingkan diri sendiri atau kepentingan nasional ketimbang kepentingan bersama (Eropa). Trend ini dapat dilihat dari sikap Inggris melalui apa yang disebut Brexit, Marine Le Pen di Perancis, Geert Wilders di Belanda dan Norbert Hofer di Austria.

Tatapi semangat Nasionalisme itupun muncul dilatarbelakangi bentuk penjajahan ekonomi dan ketidakadilan sosial yang disebabkan oleh hadirnya Corporate Capitalism dan State Capitalism di negara Amerika Latin, Asia dan Afrika. Selain itu munculnya semangat Nasionalisme itu disebabkan intervensi asing (secara militer dan politik) di negara itu seperti Suriah, Iraq dan Afganistan.

Begitu juga bentuk penjajahan di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan militer yang dilakukan oleh Israel terhadap bangsa Palestina adalah merupakan reaksi sekaligus inspirasi bagi masyarakat dunia tentang bangkitnya Nasionalisme diseluruh penjuru dunia. Apalagi ethnic cleansing yang terjadi di Yerusalem Timur yang dilakukan Israel terhadap bangsa Palestina bukan sebatas penjajahan saja tetapi merupakan pemusnahan suatu bangsa dari peradaban manusia di Abad 21.

Selanjutnya dengan terjadinya arus pengungsi yang jumlahnya mencapai jutaan manusia dari negara-negara yang sedang mengalami konflik bersenjata dan perang, ketika mereka meminta perlindungan dan mencari lapangan kerja ke negara-negara Eropa, ditolak dan ditentang yang kemudian mendapat reaksi yang bermuatan Nasionalisme seperti di Perancis oleh Marine Le Pen, di Belanda oleh Geert Wilders dan di Jerman oleh munculnya New Nazi.

Di Asia Afrika isu Nasionalisme dan anti kemapanan itu adalah merupakan reaksi atas hadirnya global corporatism, baik dalam bentuk State Capitalism (Cina) maupun Corporate Capitalism (Amerika dan Israel), seperti reaksi yang terjadi di Angola, Zimbabwe, Indonesia, Malaysia dan Srilanka.

Mengapa sampai terjadi aksi protes dan reaksi? Karena State Capitalism dan Corporate Capitalism melakukan pendekatan kepada pusat pengambil keputusan yang berkaitan dengan kebijakan publik, dikesankan mementingkan pihak pemodal asing dan merugikan kepentingan nasional. Bahkan kebijakan publik itu merupakan bentuk baru penjajah (ekonomi) di negeri itu. Maka berkembanglah rasa tidak puas serta kekecewaan publik (populer discontent) terhadap suatu sistem yang telah mapan, sehingga muncul gerakan protes anti kemapanan yang menuntut terjadinya perubahan.

Oleh karena itu ketiga isu sentral yaitu Nasionalisme, popular disconten dan corporatism bergerak seiring tergantung isu mana yang menonjol ialah populisme-nasiolaisme, begitu juga Donald Trump dalam kampanyenya ketika menjadi calon presiden menonjolkan nasionalisme-proteksionisme, sedangkan di negara-negara Asia Afrika dan Amerika Latin lebih menonjolkan kemapanan popular discontent disebabkan keberpihakan elite politik di negara-negara itu lebih berpihak kepada korporasi global (State Capitalism dan atau Corporate Capitalism).

Ketiga isu sentral dunia ini mempunyai implikasi serta komplikasi atas perubahan peta global dan regional, dalam arti konflik dan stabilitas keamanan di tingkat regional yang akan membawa dampak terhadap negara-negara yang berada di kawasan itu. Konflik dan stabilitas keamanan di kawasan tersebut sangat dipengaruhi oleh negara-negara yang memainkan peran dalam dimensi geopolitik dan geostrategi yaitu negara-negara yang membawa perilaku ekspansionis.

Suatu negara baru disebut membawa perilaku ekspansionis yaitu apabila negara itu siap bersaing dan berkompetisi dan bertarung di gelanggang regional maupun global dalam menghadapi negara-negara lainnya yang juga berperilaku ekspansionis. Adapun kriteria atau tolok ukurnya suatu negara disebut ekspansionis adalah negara-negara yang memiliki keunggulan di sektor politik, ekonomi, kultural dan militer.

Memang di era digital ini akan lebih lengkap lagi keunggulannya jika negara itu maju di sektor informasi dan teknologi, tetapi komunitas bukan negara (non State actors) juga tidak kalah keunggulannya dengan negara (state actor).(bersambung)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Hakim Konstitusi dan Neraka Jahannam

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Sabtu, 20 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Dari semua tokoh-tokoh yang berpidato di aksi ribuan massa kemarin di depan MK (Mahkamah Konstitusi), menarik untuk mengamati pidato Professor Rochmat Wahab (lihat: Edy ...
Opini

Kode Sri Mulyani dan Risma saat Sidang MK

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Sri Mulyani (dan tiga menteri lainnya) dimintai keterangan oleh Mahkamah Konstitusi pada 5 April yang lalu. Keterangan yang disampaikan Sri Mulyani banyak yang tidak ...