Berita
Oleh syamsul bachtiar pada hari Senin, 20 Feb 2017 - 15:09:19 WIB
Bagikan Berita ini :

Putaran Kedua Pilkada DKI Bakal Sengit, Ini Penyebabnya

45ahokanies4.jpg
Dua Calon Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Anies Baswedan (Sumber foto : ist)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Direktur Pusat Studi Politik Sosial (Puspol) Indonesia Ubedillah Badrun mengatakan, putaran kedua Pilkada DKI akan berlangsung sengit. Ada empat faktor penyebab di balik kesengitan itu.

"Mencermati tipisnya perbedaan perolehan suara antara pasangan calon nomor 2 dan nomot 3, kita bisa membaca kemungkinan besar kontestasi pada putaran dua akan berlangsung sengit," ujar dia saat dihubungi di Jakarta, Senin (20/02/2017).

Setidaknya, lanjut dia, ada empat faktor yang menyebabkan kontestasi berlangsung sengit.

Pertama, faktor mesin politik. Baik paslon Ahok-Jarot mapun paslon Anies-Sandi, sama-sama memiliki mesin politik terbaik.

"Mesin politik terbaik Ahok-Jarot ada pada PDIP, sedangkan mesin politik terbaik Anies-Sandi ada pada PKS. Karakteristik kedua mesin politik ini sama-sama militan yang secara ideologis dibangun oleh warna ideologi nasionalis sekuler versus nasionalis religius. Secara kultural nasionalis sekuler maupun nasionalis religius menemukan konstruksi, konteks dan kontestasinya di Jakarta," papar dia.

Kedua, faktor strategi pemenangan. Tim kedua paslon akan all out mengeluarkan strategi terbaiknya, baik strategi darat ( dor to dor dengan pemilih) maupun strategi udara (cyber army).

"Kejutan-kejutan strategi akan terjadi dan saling berhadapan. Ini akan terjadi secara sengit karena mereka saling merahasiakan strategi. Petahana diuntungkan dengan akses data primer, sementara kubu non petahana diuntungkan dengan melimpahnya data sekunder," terang Ubedillah.

Ketiga, faktor masa pendukung. Dengan tipisnya perolehan suara, masa pendukung pasangan menemukan ruang militansinya untuk saling memenangkan pasanganya.

"Masa pendukung Ahok-Jarot militan karena ada kekhawatiran kalah, sementara masa pendukung Anies-Sandi militan karena dengan perolehan suara yang beda tipis mendorong mereka memiliki keyakinan dapat melampauinya. Hasrat untuk menang dari masing-masing masa pendukung sangat tinggi," kata dia.

Keempat, faktor kekuatan finansial. Data laporan keuangan sementara dari masing-masing tim pasangan pada putaran pertama menghabiskan anggaran kurang dari Rp 100 Miliar. Padahal jika diamati di lapangan termasuk data belanja iklan dan interaksi dengan masyarakat angkanya melebihi 100 miliar.

"Nampaknya modal finansial yang dimiliki paslon Ahok-Jarot jauh lebih besar dibanding paslon Anies-Sandi. Pada momentum putaran kedua menuju 19 April mendatang adalah episode berbahaya kemungkinan terjadinya politik uang. Publik patut memantau secara serius kemungkinan ini," ungkap dia.

Efek sistemik empat faktor pendorong sengitnya kontestasi di atas patut diantisipasi oleh seluruh penyelenggara pilkada putaran dua.

"Profesionalitas penyelenggara dan rasionalitas warga Jakarta adalah kunci utama untuk menghadirkan pilkada putaran dua yang berkualitas," pungkasnya. (plt)

tag: #ahok  #anies-baswedan  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement