Opini
Oleh Ariady Achmad pada hari Minggu, 26 Mar 2017 - 15:56:02 WIB
Bagikan Berita ini :

Pelajaran Perang Diponegoro, Bisakah Ahok Jadi Ratu Adil?

30obrolan pagi-1.jpg
Kolom bersama Ariady Achmad (Sumber foto : Ilustrasi oleh Kuat Santoso )

Pemerintah Belanda hampir saja terpuruk ke lembah nista oleh Pangeran Diponegoro. Selama 1825-1830, energi dan kekuatan penjajah Belanda dibuat kocar-kacir oleh perlawanan Pangerapan Diponegoro beserta prajurit dan pengikutnya.

Seperti tak masuk akal. Penjajah Belanda yang memiliki pasukan Kavaleri maupun Infanteri serta persenjataan lengkap dan modern saat itu, terpuruk di sejumlah medan pertempuran melawan pribumi yang sering dituding bodoh dan kolot. Sehingga pertempuran berkepanjangan selama lima tahun itu juga di kenang sebagai Perang Jawa atau De Java Oorlog.

Belanda membayar mahal Perang Jawa atau De Java Oorlog ini. Diperkirakan sekitar 8.000 tentara Belanda dan 7.000 serdadu pribumi tewas. Para sejarawan memperkirakan sedikitnya Belanda harus merogoh koceknya untuk membiayai perang ini sebesar 25 juta gulden atau setara 2,2 miliar dollar Amerika Serikat.

Siapa Pangeran Diponegoro yang tangguh itu? Pernah diramalkan oleh kakek buyutnya yaitu Pangeran Mangkubumi (bertakhta 1749-1792), ketika masih bayi sebagai, “akan menyebabkan kerusakan lebih dahsyat kepada Belanda daripada yang telah dia lakukan selama perang Giyanti (1749-1755) tetapi hanya Tuhan Yang Maha Kuasa yang tahu apa yang akan terjadi kelaknya", saat muda bernama Raden Mas Ontowiryo.

Muak terhadap kelakuan dan kedholiman penjajah Belanda, Ontowiryo muda memilih hijrah ke gua Selarong, dipinggiran pusat Kesultanan Mataram. Dalam perjalanan panjang hijrahnya, RM Ontowiryo menjadi Pangeran Diponegoro, seorang ksatria (pangeran) sekaligus pemimpin umat Islam melawan penjajah Belanda yang diabaikan dalam lukisan Raden Saleh mengenakan sorban putih dengan keris berlapis emas menyelip dibalik jubah kebesarannya.

Ketenangan, keikhlasan dan kepatuhan Pangeran Diponegoro menurut Peter Carey, sejarawan dari Trinity College Oxford, setara dengan Samurai di Jepang yakni 'kemuliaan kegagalan” (the nobility of failure), yaitukemampuan untuk tetap setia kepada sesuatu yang ideal. Pangeran Diponegoro, memilih tetap “menjunjung tinggi agama Islam di seluruh pulau Jawa” (mangun luhuripun agami Islam wonten ing Tanah Jawa sedaya), meskipun dia tahu tidak akan berhasil.(historia.co.id)

Sebagai ksatria, Pangeran Diponegoro memilih menerima takdir ketimbang menghunus keris untuk membunuh Jenderal De Kock saat berhadapan di kantor Karesidenan Kedu di Magelang, 28 Maret 1830. Drama penjebakan yang dilakukan kaum yang dholim itu justru tak mampu menutup keharuman namanya. Terbukti perlawanannya terhadap kebatilan sekitar 160 tahun kemudian membuat UNESCO menetapkanBabad Diponegorosebagai Warisan Ingatan Dunia(Memory of the World).

Kini, jika masyarakat ibukota juga terbelah seperti saat jaman De Java Oorlog, apakah Ahok akan menjadi Sang Ratu Adil?(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Ahlan Wa Sahlan Prabowo Sang Rajawali!

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Rabu, 24 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi sudah memutuskan Prabowo Subianto sah sebagai Presiden RI ke delapan. Itu adalah takdir Prabowo yang biasa dipanggil 08 oleh koleganya. Keputusan MK ...
Opini

Jalan Itu Tidaklah Sunyi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --"Jika Mamah jadi penguasa apakah Mamah akan menjadikan anak Mamah pejabat saat Mama berkuasa?" Itu pertanyaan anakku malam ini. Aku mendengarkan anakku ini. ...