JAKARTA [TEROPONGSENAYAN] – Mau tahu apa kesibukan Ahmad Bambang setelah dicopot dari jabatannya sebaga wakil dirut Pertamina? “Saat ini lebih banyak waktu luang untuk merampungkan buku ini. Insya Allah April atau launching-nya Mei berbarengan dengan acaraJakarta Marketing Week 2017,” kata dia.
Ahmad Bambang yang akrab disapa Abe ini kembali ‘mengasah’ ilmu pemasarannya yang dulu diterapkan di Pertamina dalam bentuk buku. Ide Pemasaran Gila atau ‘D’Gil Marketing’ dalam waktu dekat akan diabadikan dalam bentuk buku.
Strategi pemasaran yang diberi label d'Gil Marketing itu telah terbukti mampu menaikkan pamor Pertamina menjadi mengkilap dan tajir di tngah iklim bisnis minyak dan gas [migas] dunia yang sedang lesu. Kelesuan bisnis migs ditandai dengan anjlokna harga minyak mentah dunia.
Ahmad Bambang mengungkapkan, saat ini, praktik pemasaran semakin bergeser dan mengalami transformasi dari level intelektual (marketing 1.0) menuju ke emosional (marketing 2.0). Kini, akhirnya bergeser lagi ke human spirit (marketing 3.0).
Dia menjelaskan, Marketing 1.0 adalah product oriented marketing. Jadi, apapun produknya. Pasar dipaksa untuk menelan produk apapun yang dilempar. ‘’Itu marketing zaman dulu,’’ ujarnya.
Sedangkan, Marketing 2.0 adalah customer oriented. Memasarkan produk yang memang diperlukan konsumen. Kendati demikian, pola pemasaran ini tetap dengan tujuan mencari keuntungan untuk mengembalikan investasi [profit dan retain ability].
Bagaimana dengan Marketing 3.0? Pemasaran di level ini sudah bicara tentang benefit atau value atau manfaat, tidak hanya keuntungan finansial saja. Karena itu, pembicaraan sudah mengarah pada upaya berkesinambungan [sustainability]. Ketika berbicara sustainability, harus bicara profit karena profit menjadikan kita bisa melakukan investasi. "Oleh karena itu, kami bawa Marketing 3.0 tadi ke arah sustainability supaya Pertamina dicintai masyarakat terlebih dahulu," tutur pria kelahiran Kediri ini.
Abe mengaku, hampir dua tahun dirinya mengajak orang-orang pemasaran untuk mengubah orientasi dari marketing product ke arah marketing customer. Pokoknya targetnya itu profit dulu," ujar mantan direktur pemasaran Pertamina ini.
Hasilnya luar biasa. Pada rapor bisnis hilir Pertamina masih banyak merah. Memasuki 2015, BUMN terbesar di bidang pengelolaan migas ini mulai untung. Gross profit 2015 mencapai 1,845 miliar USD, meningkat tajam dari tahun sebelumnya yang hanya 258 juta USD. ‘’Padahal saat mematok target gross profit 2015 sebesar 1,41 miliar USD banyak yang tidak percaya bisa tercapai,’’ tutur alumnus ITB ini.
Abe pun buka kartu, secara nyata, Pertamina menggulirkan sejumlah produk baru untuk pasar domestik dan ekspor.Di antara produk inovatif itu di antaranya Pertalite, Dexlite, Pertamax Turbo, Bringht Gas 5,5 kg, dan Pertamina FG HO 46. Banyak merchandise yang diberikan untuk memuaskan konsumen.
"Sebetulnya saya mau implementasikan Marketing 3.0 ditambah satu keunggulannya, yaitu kreativitas. Hanya orang-orang gila yang bisa membuat ini terjadi. Kalau tidak, ya biasa saja," ujarnya.
Kembali soal buku, d’Gil Marketing tebalna sekitar 400 halaman yang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu d'Disruption, d'Foundation, d'Application.
“Rata-rata satu bagian terdiri dari tiga bab. Supaya enak dibacanya, layout-nya dibuat kekinian. Supaya nggak bosan bacanya,’’ kata Ahmad Bambang. Lay out-nya ada nuansa Pertamina, yaitu dominasi warna merah, biru, dan hijau.
“Pengin saya, pengantarnya dari Pak Jokowi, tapi bukan sebagai presiden. Tetapi, sebagai marketter champions bagi pemerintah. Tapi itu kalau bersedia,” katanya. [b/dbs]