JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Duta Besar Inggris, Moazzam Malik kunjungi Proyek pembangunan Light Rail Transit (LRT) Jakarta fase A koridor 1, Velodrome-Kelapa Gading, Kamis (6/4/2017) sore. Pemprov DKI berharap Kunjungan tersebut membuat Inggris tertarik untuk berinvestasi.
Direktur Utama Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Jakarta Propertindo (Jakpro), Satya Heragandhi mengatakan, dalam proyek transportasi berbasis rel LRT di Jakarta, Inggris berperan sebagai konsultan teknis.
Menurutnya, negara yang sedang memiliki financial besar itu sangat sayang bila hanya bekerjasama dibidang konsultan.
Untuk itu, dalam kunjungannya kali ini, dirinya berharap Inggris dapat bekerjasama dengan DKI di bidang financial.
"Inggris itu sedang banyak uang, jadi kita manfaatkan saja untuk berinvestasi proyek LRT tujuh koridor di Jakarta. Satu kilometer LRT itu butuh dana sekitar $ 38-41 Juta dollar Amerika. Tujuh koridor itu jumlah totalnya 110 kilometer," kata Satya Gandhi di Velodrome, Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (6/4/2017).
Satya menjelaskan, LRT fase A Velodrome-Kelapa Gading yang sedang dibangun saat ini hanya sekitar 6 kilometer dan menghabiskan dana Rp 4-5 Triliun.
Untuk menutup biaya tersebut saja, kata dia, tidak bisa sepenuhnya menggunakan penyertaan modal Pemerintah (PMP) yang diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Dia mengaku perlu meminjam uang dari perbankan meningat fase A tersebut harus selesai sebelum Asian Games pada Maret 2018.
Sebagai transportasi massal, lanjut Satya, tidak mungkin LRT fase A didiamkan usai perhelatan Asian Games diselenggarakan. Artinya, kata dia, fase A harus diteruskan ke Dukuh Atas seperti yang direncanakan dalam koridor I, Kelapa Gading- Dukuh Atas.
"Untuk meneruskan ke Dukuh Atas yang panjang kilometernya 40 kilometer itu diperlukan biaya $ 339 Juta Dollar Amerika. Kami harap Inggris segera berinvestasi agar pengerjaan LRT fase A dapat langsung dilanjutkan. Kalau tunggu PMP itu bisa 10-11 tahun baru selesai LRT di Jakarta," ungkapnya.
Terkait pola kerjasamanya, lanjut Satya, yakni melalui bisnis to bisnis. Artinya, sarana dan operasional tetap milik DKI, termasuk operatornya.
Dia pun kembali berharap agar PT Jakarta Propertindo ditunjuk oleh Gubernur DKI Jakarta sebagai operatornya. Bahkan, untuk mendapatkan penugasan tersebut, kata dia, dirinya sudah bertemu dengan beberapa operator transportasi massal berbasis rel di beberapa negara di Eropa.
"Sesuai undang-undang, pemerintah bisa menugaskan BUMD menjadi operatornya. Sekarang kami belum ditunjuk, tapi kami sudah berkunjung ke Inggris, Paris dan sebagainya untuk melengkapi permohonan izin menjadi operator kepada Gubernur," pungkasnya.
Deputi Gubernur Bidang Industri, Perdagangan, dan Transportasi DKI Jakarta Sutanto Suhodo yang mendapimpingi kunjungan tersebut mengakui kunjungan Duta Besar Inggris membuka peluang kerjasama yang sifatnya financing project.
"LRT ini masih punya perpanjangan tujuh koridor. Sehingga kami harap Inggris dapat berinvestasi bukan hanya di tekhnis konsultan," pungkasnya.
Sementara itu, Moazzam Malik menyambut baik peluang kerjasama fnancial dalam proyek LRT yang dibuka DKI kepada Inggris. Hal itupun sudah didiskusikan dalam perjalanannya mengunjungi proyek LRT fase A Velodrome-Kelapa Gading.
Untuk menindaklanjuti diskusi kerjasama tersebut, Moazzam bahkan berjanji akan mengundang pejabat senior financial ke Indonesia pekan depan.
"Ini contoh yang baik kerjasama, kami membawa ahli, arsitek dan pimpinan proyek ke sini pekan depan Ini merupakan simbol apa yang bisa kita peroleh bersama-sama," tandasnya. (icl)