Opini
Oleh Chusnul Mar'iyah pada hari Minggu, 23 Apr 2017 - 05:19:07 WIB
Bagikan Berita ini :

Islamophobia : Voting Behaviour Pilkada DKI (2)

51IMG_20170419_112202.jpg
Chusnul Mar'iyah (Sumber foto : Istimewa )

Beberapa tulisan media dan scholars menganalisa hasil pilkada DKI yang dimenangkan pasangan Anies-Sandi menunjukkan adanya ketakutan kelompok agama Islam radikal berkuasa. Dalam teori-teori voting behaviour agama juga dimasukkan dalam kategori penting di antara banyak variables party identification seperti: wilayah asal daerah, gender, ras, usia, income, pendidikan, union member, agama, ideologi dsb.

Seseorang memilih dalam Pemilu ada karena true believers, ada pula kelompok swing voters terhadap partai tertentu. Misal di USA orang Yahudi hampir 48 persen memilih demokrat, dan 34 persen memilih Republik dan sisanya independen. itu bila hanya dari satu variabel agama. Sementara Protestan so:so antara Republican dan Democrat dan Katholik lebih banyak ke Republican. Demikian juga di Australia dan di negara-negara Eropa yang telah memisahkan negara dan gereja, agama juga berpengaruh bagaimana mereka memilih. Di Era Orde Baru, Jakarta seringkali PPP yang menang.

Dalam Islamic Teaching tidam ada pemisahan antara agama dan negara, tidak ada pemisahan antara politik dan agama. Bila kemudian analisisnya dengan tone negatif dan sinis bahwa kelompok radikal yang menang dan Jakarta akan mempengaruhi politik. Ditambah lagi analisis dengan pilihan kata seperti Anies dipecat sebagai menteri, padahal reshufle itu biasa saja untuk jabatan politik bukan menggunakan kata dipecat tapi diganti. Dipecat bila melanggar Undang-Undang. Bila alasan bagi-bagi kursi itu digeser atau diganti.

Tentu analisa variable-variable itu penting sebagai upaya mempelajari kenyataan politik yang ada. Namun tidak semua bisa dijelaskan dengan pendekatan positivisme. Bila kita percaya dalam agama itu ada yang paling Maha Kuasa, maka kita berpolitik harus dengan akhlak yang baik. Fenomena Jakarta voting behaviour: rakyat fight back, despite banjir sembako dsb. Bisa pula leadership, bisa pula sekedar beautiful politician ( karena ibu-ibu ada yang bilang nomor 3 calonnya gantheng-ganteng). Namun bisa pula karena agama dan rasnya. Dalam demokrasi semua boleh-boleh saja. Kita tidak perlu sinis memilih karena agama dianggap sektarian. Nah pada saat yang sama menunjuk orang lain sektarian adalah sektarian itu sendiri bukan?

Sepertinya strategi Snouck Hourgronye yang memisahkan agama Islam dan politik berbuah saat ini. Islam tidak menganut pemisahan antara agama dan politik. Mari kita terus menuliskan narasi negara kita. Mari kita rebut kembali knowledge kita - dekolonisasi. Mari kita rumuskan kembali demokrasi Indonesia yang rahmatan lilla'alamin. Kalau pergantian kepemimpinan dilakukan melalui pemilu ygo jujur, adil dan bebas, hasil apapun dari kesepakatan itu yang berlaku.
Bismillah... Al Fatihah... Amin.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Ahlan Wa Sahlan Prabowo Sang Rajawali!

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Rabu, 24 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi sudah memutuskan Prabowo Subianto sah sebagai Presiden RI ke delapan. Itu adalah takdir Prabowo yang biasa dipanggil 08 oleh koleganya. Keputusan MK ...
Opini

Jalan Itu Tidaklah Sunyi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --"Jika Mamah jadi penguasa apakah Mamah akan menjadikan anak Mamah pejabat saat Mama berkuasa?" Itu pertanyaan anakku malam ini. Aku mendengarkan anakku ini. ...