Opini
Oleh Zeng Wei Jian pada hari Senin, 15 Mei 2017 - 15:53:27 WIB
Bagikan Berita ini :

Bahasa Simbol Politik

87IMG_20170414_195606.jpg
Zeng Wei Jian (Sumber foto : Istimewa )

Political symbolism adalah simbol-simbol dari political standpoint. Ekspresinya macam-macam. Termasukbanners,akronim,logo,bendera, slogan,mottos, dan sebagainya.

Misalnya, bendera merah (traditionally) diasosiasikan dengan sosialis, left-wingradicals, dan grup komunis. Merah menjadi representatif dari "the blood of the workers" (darah buruh). Sedangkan darah aristokrat berwarna biru. Seperti darah Horse Shoe crab (kepiting sepatu kuda).

Baju kotak-kotak merah merupakan corak resmi prohok. Bagi orang lain, itu simbol "orang dungu". Belakangan, baju kotak-kotak diidentikan sebagai simbol penoda agama.

Kelompok kultural juga punya simbol. Bendera Pelangi (rainbow) digunakan kaum LGBT sebagai political way menuntut hak-hak politik.

David Butz, ahli psikologi dari Morehead State University, berpendapat, "Symbols serve as reminders of group membership, that you're part of something, whether you're part of a nation or a subgroup within that nation."

Selain itu, political symbolism bisa dilihat dari aksi massa. Demonstrasi merupakan bahasa politik. Pasca kalah di pilkada, Ahoker menggunakan karangan bunga sebagai bahasa politik. Belakangan, lilin dijadikan simbol gerakan politik. Di Papua, banyak motor cyclist jato akibat jalanan licin dilapisi sampah lelehan lilin.

Aksi massa Ahoker berslogan "Keadilan Telah Mati". Indirectly, mereka bilang Rezim Jokowi mematikan keadilan itu. Tidak heran bila seorang ahoker bernama Veronika Kuman berteriak, "Rezim Jokowi lebih parah dari Rezim SBY".

Sebuah media portal menyatakan Veronika Kuman terlibat aksi referendum Papua.

Bahasa Politik Ahoker beresonansi di berbagai daerah. Seorang gadis bernama Nurul Indra diberitakan sebagai "muslim palsu" menggelar aksi solo bakar lilin di Padang. Dia disebut-sebut bernama asli Deborah Simanjuntak (Kristen nyamar). Sekelompok separatis di Minahasa membentangkan bendera salib. Merilis rencana referendum. Gerakan Ahoker bertransformasi menjadi gerakan separatis, thus anti NKRI dan anti Rezim Jokowi.

Motif separatis itu diperkuat dengan gelombang aksi di berbagai negara. Ahoker menarik "foreign power" seperti Belanda menyudutkan NKRI dan Pemerintah Presiden Jokowi.

Ahoker separatis ini menemukan perasaan orgy dalam aksi bakar-bakar lilin. Persis seperti yang dikatakan HistorianEric Hobsbawm, "Next to sex, the activity combining bodily experience and intense emotion to the highest degree is the participation in a mass demonstration at a time of great public exaltation."

Ambivalensi adalah cacat logic Ahoker. Tidak bisa disembuhkan dan bersifat permanen. Ambivalensi itu ditemukan pada target, bahasa dan simbol-simbol aksi mereka.

Ngomong kebhinekaan tapi ekslusif dan rasis. Ngoceh NKRI Harga Mati tapi dukung deklarasi Minahasa Raya. Berkata patuhi hukum tapi hujat hakim dan langgar aturan tentang unras. Sesumbar Pro Jokowi tapi bikin aksi mendeskreditkan pemerintah dari luar negeri.

Ada dua goal yang ingin mereka sampaikan dengan aksi lilin ini. Pertama, mereka minta Presiden Joko mengintervensi hukum. Thus melanggar kaidah demokrasi dan trias politica. Kedua, menjelek-jelekan Pemerintahan Joko. Pantas Mendagri Cahyo Kumolo geram.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Ahlan Wa Sahlan Prabowo Sang Rajawali!

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Rabu, 24 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi sudah memutuskan Prabowo Subianto sah sebagai Presiden RI ke delapan. Itu adalah takdir Prabowo yang biasa dipanggil 08 oleh koleganya. Keputusan MK ...
Opini

Jalan Itu Tidaklah Sunyi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --"Jika Mamah jadi penguasa apakah Mamah akan menjadikan anak Mamah pejabat saat Mama berkuasa?" Itu pertanyaan anakku malam ini. Aku mendengarkan anakku ini. ...