Opini
Oleh Djoko Edhi S Abdurrahman (Mantan Anggota Komisi III DPR RI) pada hari Senin, 05 Jun 2017 - 23:08:03 WIB
Bagikan Berita ini :

Cara Bodoh Mengadu Pancasila vs Islam

2420170605_230452.jpg
Djoko Edhi S Abdurrahman (Mantan Anggota Komisi III DPR RI) (Sumber foto : Istimewa )

(Tanggapan untuk Hendardi-SETARA Institute)

Tak ada yang disebut rusak itu (melibatkan TNI dalam pemberantasan terorisme). Sebab, integrasinya dua macam. 1. Panglima Gabungan di BNPT itu militer. 2. Dalam operasi hukum (law action), militer menjadi penyidik yang menggunakan sepenuhnya hukum acara lex spesialis UU Terorisme.

Rancangan RUU Terorisme itu bikinan Polri dibuat sedemikian mengerikan agar RUU itu batal, yang dengan demikian dominasi keamanan negara terus dipegang Polri.

Bahaya dominasi itu. Pada saatnya menjadi ledakan militer versus Polri. Praktek law action dari dominasi Polri sudah melenceng jauh dari hukum.

Islam dimusuhi, dan Islamnya ikut militer. Polri sudah kehabisan wibawa dan cara menghadapi islam. Lalu Pancasila dimunculkan menjadi agama untuk menyingkirkan Islam. Cara berpikir yang salah berat.

Kriminalisasi jadi kiat unggulan, tanpa menghitung efektivitasnya bagi generasi milenial yang mengabdi kepada high tech, kecepatan, internet, dan gadzet. Kiat tadi sangat cepat basi dan menjadi arus balik.

Cara pikir yang dibutuhkan oleh generasi millenial tadi adalah dekonstruksi. Cara pikir Polri masih rekonstruksi: mengambil pengalaman empirik masa Orba, ciduk, bubarin, etc.

Tak mempan cara represif Orba itu untuk generasi milenial. Mereka sangat cepat merecovery, secepat subtansi pengabdian mereka kepada bahasa kecepatan internet. Tito hanya jadi orang dungu berhadapan dengan para millenial. Tito berada di zaman rekonstruksi, para millenial berada di zaman dekonstruksi. Jika ia mau menang, bongkar habis pikiran dan metodologi dari hulu hingga ke hilir (dekonstruksi). Baru ia tahu bahwa cara kolase itu rapuh terhadap generasi gadget.

Arus fenomena Islam terkini, bukan fenomena Sayyid Qutub. Bukan Ikhwanul Muslimin 20 tahun lalu. Bukan ala Amrozi. Bukan ala Salman dan Amir Biki. Ini pola milenial. Tak bisa kau sok hebat di situ. Walau jargonnya sama. Dawainya tak sama.

Pernyataan "tangkap Habib Rizieq" dari tokoh demonstran Hariman Siregar di rumah Bursah Zarnubi kepada Tito Karnavian, Kamis (1/6/2017) adalah bersayap. Yaitu, jika Habib Rizieq setelah ditangkap, kondisi politik Rezim Jokowi tak bergeming, belum masanya pretorian turun gunung. Dan, sebaliknya. Itu perang yang sangat melelahkan. Bani Islam takkan kehabisan mesiu karena altruisme, di Tito yang bakal Nine Swords dan Seven Samurai yang lebih dulu ngos-ngosan karena dilandasi liberalisme.

Cara bodoh mengadu Pancasila vs Islam, mengubah Pancasila menjadi dogma, untuk menggantikan dogma Islam.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Ahlan Wa Sahlan Prabowo Sang Rajawali!

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Rabu, 24 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi sudah memutuskan Prabowo Subianto sah sebagai Presiden RI ke delapan. Itu adalah takdir Prabowo yang biasa dipanggil 08 oleh koleganya. Keputusan MK ...
Opini

Jalan Itu Tidaklah Sunyi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --"Jika Mamah jadi penguasa apakah Mamah akan menjadikan anak Mamah pejabat saat Mama berkuasa?" Itu pertanyaan anakku malam ini. Aku mendengarkan anakku ini. ...