Opini
Oleh Muchtar Effendi Harahap (NSEAS) pada hari Jumat, 30 Jun 2017 - 05:37:09 WIB
Bagikan Berita ini :

Akan Muncul Tokoh Baru Umat Islam Menuju Pilpres 2019

11medium_54Mochtar Effendy (hatim)_1459615670457.jpg
Muchtar Effendi Harahap (NSEAS) (Sumber foto : Istimewa )

Seorang mantan Aktivis Mahasiswa Islam dari Yogyakarta menjapri saya. Ia mengajukan beberapa pertanyaan terkait Pertemuan GNPF dan Jokowi. Dia mengungkapkan bahwa ada yang berpendapat kelompok Islam kalah dengan 'skor' 2-3 dengan kelompok kotak-kotak, yaitu Ahok kalah Pilkada dan masuk Bui. Sedangkan kelompok Islam, HRS tersandra, Al Khathaththath di Bui, serta GNPF MUI lempar handuk putih tanda kalah.

Saya kurang sepakat mendeskripsikan perjuangan politik umat Islam berdasarkan kriteria "kalah menang" dan "tangkap menangkap". Perjuangan Islam di Indonesia berdasarkan cita-cita, antara lain 1. Rebut kekuasaan negara; dan 2. Ciptakan keadilan ekonomi yang selama ini dikuasai mutlak oleh ras Cina non Muslim.

Gerakan politik Umat Islam kini jauh berbeda dengan era Orba, yang sangat bergantung pada "patron" seperti Ketua atau pimpinan organisasi umat Islam formal. Kini sangat bergantung sikap umat klas menengah perkotaan yang kian banyak, sekitar 30 persen. Info tentang tangkap-menangkap itu mungkin bermanfaat untuk mempengaruhi umat Islam agar terus berjuang. Kriteria paling tepat adalah keberhasilan calon pilkada dan pilpres dukungan umat Islam. Menang atau kalah? Perlu dipahami, tokoh-tokoh Islam ditangkap dan ditersangkakan tidak masalah karena mereka secara mental sudah siap dan punya keberanian menghadapi kehidupan di penjara. Jangan dinilai mereka dari prilaku diri kita yang nggak siap mental dipenjarakan.

Bagaimana dengan isu yang beredar bahwa ormas yang tergabung dalam GNPF MUI (18 ormas) dapat Fa'i Rp 1 triliun setiap Ormas? Saya berpendapat bahwa isu ini diangkat oleh Djoko Edi Abdurahman, seorang Advokat dan mantan anggota DPR. Jadi masih isu, bukan informasi. Sebagai isu masih multi tafsir. Djoko mengambil pengalaman NU dan menjadikan isu Fa'i ini sebagai ilustrasi.

Masih ada isu lain yakni kunjungan ke negeri Cina. Isu ini hanya untuk mengkritik UBN dkk bertemu Jokowi. Pengritik pada prinsipnya oposisi terhadap Jokowi, bukan oposisi terhadap GNPF MUI. Saya pribadi, nggak percaya isu itu. Hal ini tetap sebagai isu sepanjang fihak-fihak yang merasa dituduh tidak merespon secara hukum atau ambil langkah gugat Djoko ke pengadilan.

Sedangkan soal kurang ada koordinasi antara GNPF MUI dengan Pak Amin Rais, sehingga panggil mendadak Ustadz Sambo ke Yogya, saya setuju dengan tidak koordinasi.
Mereka jalan sendiri-sendiri. Ada semacam persaingan ketokohan memimpin gerakan umat Islam antara UBN di satu pihak dengan Kelompok Usama Hisyam, Khathaththath dan Alfian Tanjung. Indikasi ini sudah terlihat pada aksi bela Islam ke DPR Komisi III pimpinan tiga serangkai Usama Hisyam, Khathaththath dan Alfian Tanjung (dua terakhir ini sudah ditahan oleh Rezim Jokowi). Aksi kali itu tidak melibatkan atau mengikutkan HRS dan UBN. Saya menangkap ada indikasi persaingan kepemimpinan aksi bela Islam.

Soal Amien Rais, sepengetahuan saya, bersikap tegas untuk tumbangkan kekuasaan Rezim Jokowi melalui Pilpres 2019. Saya percaya, dia tidak punya pikiran untuk bertemu atau kompromi dgn Rezim Jokowi seperti modus UBN bertemu Jokowi hari pertama idul fitri lalu.

Perjuangan umat Islam akan jalan terus menumbangkan kekuasaan Rezim Jokowi melalui Pilpres 2019. Namun, peta kepemimpinan umat Islam dalam politik kekuasaan ini tidak lagi melibatkan UBN. Tokoh aksi bela Islam I,II dan III ini akan berhenti tampil di depan. Hal ini sebagai konsekuensi dari pertemuan dirinya dengan Jokowi di Istana yang mengundang pro kontra umat Islam nasional. Akan muncul tokoh-tokoh baru tanpa kompromis dan lebih radikal terhadap Rezim Jokowi.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Hakim Konstitusi dan Neraka Jahannam

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Sabtu, 20 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Dari semua tokoh-tokoh yang berpidato di aksi ribuan massa kemarin di depan MK (Mahkamah Konstitusi), menarik untuk mengamati pidato Professor Rochmat Wahab (lihat: Edy ...
Opini

Kode Sri Mulyani dan Risma saat Sidang MK

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Sri Mulyani (dan tiga menteri lainnya) dimintai keterangan oleh Mahkamah Konstitusi pada 5 April yang lalu. Keterangan yang disampaikan Sri Mulyani banyak yang tidak ...