Opini
Oleh Asyari Usman (Wartawan Senior) pada hari Kamis, 17 Agu 2017 - 08:41:51 WIB
Bagikan Berita ini :

Setya Novanto: “Menyesal Saya Mencapreskan Jokowi”

36IMG_20170201_194417.jpg
Asyari Usman (Wartawan Senior) (Sumber foto : Istimewa )

Kemarin, seorang wartawan MetrominiTV (bukan nama sebenarnya) mewawancarai Ketua DPR Setya Novanto dengan thema HUT kemerdekaan RI ke-72, 17 Agustus 2017. Si wartawan dan jurukameranya sudah duduk di ruang tunggu kantor Pak Ketua Umum. Tak lama kemudian, Novanto muncul.

“Mohon maaf harus menunggu,” kata Novanto. Wartawan MetrominiTV membalas, “Enggak apa-apa, Pak.”

Jurukamera lanngsung merekam ketika Novanto muncul di ruang tunggu. Memang begitu kebiasaan kru MetrominiTV. Rupanya, sebelum mempersilakan awak MetrominiTV duduk, Setya Novanto mengeluarkan ucapan seperti ini: “Menyesal saya mencapreskan Jokowi.”

Wartawan dan jurukamera kebingungan. Mereka saling pandang. Kenapa tiba-tiba saja tuan rumah wawancara berkata begitu.

Kalimat itu diucapkannya sebelum mempersilakan si wartawan duduk. Sebab, Pak Ketua sudah tak sabar menahan kekesalannya kepada Jokowi yang ternyata tidak bisa (atau tidak mau) menolong dia terkait skandal e-KTP yang menyeret beliau.

Semula si wartawan tidak bermaksud mewawancarai Novanto soal e-KTP. Tetapi, karena Pak Ketua mengungkapkan rasa kesalnya itu, si wartawan pun langsung saja mengejar Novanto tentang pencapresan Jokowi oleh Golkar. Akhirnya, wawancara dengan Raja Golkar, yang kini telah menjadi tersangka dan dicekal pergi ke LN itu, justru diawali dengan isu pencapresan. Setelah itu, wawancara dilanjutkan ke topik hari kemerdekaan.

Novanto meminta agar wawancara tentang pemcapresan Jokowi oleh Golkar, tidak disiarkan meskipun sudah direkam. Itu pesan Novanto kepada si wartawan. Tetapi, si wartawan lalai menyimpan VCD hasil wawancara. Ketika mereka mampir di kedai nasi untuk makan siang, VCD itu tercecer. Kemudian, besoknya sampai di alamat saya melalui Titipan Petir. Tak tahu entah siapa yang mengirimkannya.

Sewaktu saya buka VCD itu di laptop, saya lihat ada video wawancara wartawan MetrominiTV dengan Novanto. Saya simak tuntas rekaman wawancara itu. Ternyata, bagian awal itulah yang menarik. Di situ, Novanto menyebutkan bahwa dia cepat-cepat mencapreskan Jokowi dengan harapan Presiden akan mengamankan Pak Ketua dari jeratan skandal e-KTP. Ternyata itu tidak terjadi.

“Boleh jelaskan mengapa Anda menyesal mencalonkan Jokowi untuk pilpres 2019?,” tanya wartawan MetrominiTV.

“Pak Jokowi itu tidak tahu berterima kasih,” ujar Novanto. “Padahal, saya menghadapi tentangan keras di internal Golkar ketika mencapreskan dia. Tapi, itu saya lawan.”

Barangkali Novanto merasa pencapresan Jokowi akan bisa meredam langkah KPK untuk mengusut keterlibatannya dalam skandal e-KTP. Rupanya dia salah menduga. Disangka Jokowi bisa intervensi.

“Bahkan,” ujar Novanto, “Pak Jokowi sama sekali tidak kontak saya setelah KPK menetapkan saya sebagai tersangka.”

Mungkin itulah sebabnya kemarin, ketika Presiden Jokowi menyampaikan pidato nota keuangan di depan sidang paripurna DPR, Setya Novanto membalasnya dengan cara tidak hadir. Paripuran dipimpin oleh wakilnya, Fadli Zon.

Kepada wartawan MetrominiTV, Novanto mengatakan alasan resmi tidak hadir di paripurna adalah karena kurang sehat.

“Sebenarnya yang sakit bukan fisik saya, tetapi hati saya,” kata Novanto.

Setelah tulisan ini saya terbitkan, saya dengar berita bahwa pihak MetrominiTV melaporkan kehilangan VCD wawancaranya dengan Novanto kepada pihak yang bersewenang-wenang. Saya kemudian langsung mengirimkan VCD itu lewat perusahaan kurir Titipan Petir ke kantor MetrominiTV.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Ahlan Wa Sahlan Prabowo Sang Rajawali!

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Rabu, 24 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi sudah memutuskan Prabowo Subianto sah sebagai Presiden RI ke delapan. Itu adalah takdir Prabowo yang biasa dipanggil 08 oleh koleganya. Keputusan MK ...
Opini

Jalan Itu Tidaklah Sunyi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --"Jika Mamah jadi penguasa apakah Mamah akan menjadikan anak Mamah pejabat saat Mama berkuasa?" Itu pertanyaan anakku malam ini. Aku mendengarkan anakku ini. ...