JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan, pemerintah telah melakukan dua kesalahan besar di bidang ekonomi. Akibatnya Indonesia lebih lambat maju ketimbang negara tetangga di ASEAN. Salah satu kesalahan besar itu, lanjut JK, subsidi BBM selama 10 tahun.
"Kenapa terjadi? Karena kita punya dua kesalahan pokok dalam ekonomi selama 20 tahun terakhir. Pada krisis '97 kita menghabiskan energi, kita menjaga, menggaransi bank-bank yang rusak. Kedua kita menyubsidi BBM begitu besar dalam waktu sepuluh tahun," katanya di Istana Wakil Presiden di Jakarta, Senin (28/8/2017).
JK mengungkapkan, saat krisis ekonomi 1997, pemerintah mengucurkan dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) hingga hampir Rp 600 triliun dalam dua tahun.
Dan untuk subsidi bahan bakar minyak (BBM), ia mengatakan, pemerintah telah mengeluarkan Rp 400 triliun untuk subsidi pada 2004 yang sebagian besar salah sasaran atau dinikmati masyarakat mampu.
"Apabila dihitung sekarang dengan segala macam bunganya, 600 triliun bisa jadi kira-kira 3.000 triliun. Kemudian tahun 2004-2014 saja, hampir 400 triliun BBM kita subsidi, tapi yang menikmati orang punya mobil seperti kita semua di sini," kata dia.
Apabila semua dana BLBI dan subsidi BBM itu digabung, JK menjelaskan, pemerintah saat ini akan punya dana sekitar Rp 6 ribu triliun yang dapat digunakan untuk membangun infrastruktur.
"Kira-kira 6.000 triliun yang kita telah buang untuk menyelesaikan masalah-masalah, sekiranya setengah saja kita pakai untuk infrastruktur, tentu infrastruktur kita tidak akan kalah dari negara tetangga," kata dia.
Namun dia mengatakan bahwa kesalahan itu telah terjadi dan yang terpenting saat ini bagaimana pemerintah tidak mengulangi kesalahan yang sama demi kemajuan bangsa.
"Sekarang yang penting apa yang kita lakukan ke depan, kini kita tidak menghamburkan uang untuk subsidi kecuali untuk makanan, pendidikan, kesehatan karena itu pokok, penting untuk bangsa ini," kata dia.(yn/ant)