JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Kepolisian diminta meningkatkan kewaspadaan dan mengedepankan fungsi intelijen untuk mendeteksi dengan cepat aksi penyerangan terhadap yang menyasar polisi maupun masyarakat.
Saran ini menyusul serangkaian aksi penyerangan yang dilakukan di Mapolda Sumut dan penusukan dua personel Brimob di Masjid Falatehan Jakarta.
Anggota DPR dari Fraksi PKS Nasir Djamil melihat, aksi-aksi kejahatan terhadap aparat Polri belum berhenti. Aksi menebar teror seorang diri atau yang dikenal dengan istilah lone wolf dilatarbelakangi oleh motif tertentu. Untuk langkah pencegahan, perlu melakukan pendekatan ke kelompok-kelompok yang dinilai rawan.
"Kejadian ini juga membuat program deradikalisasi harus dilakukan secara masif kepada kelompok-kelompok yang rentan disusupi jaringan terorisme," kata Nasir Djamil.
Dia mendukung langkah aparat kepolisian melumpuhkan pelaku teror sesuai standar dan prosedur yang berlaku. Terutama apabila pelakunya menggunakan senjata tajam berupa pisau atau tangan kosong.
"Tentu semua ingin pelakunya dilumpuhkan hidup-hidup sehingga akan terjawab motif dan siapa pelaku sebenarnya," katanya.
Anggota Komisi III DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Risa Mariska menilai serangkaian aksi penyerangan terhadap anggota kepolisian perlu diwaspadai. Sebab, tidak menutup kemungkinan akan terjadi aksi penyerangan selanjutnya.
"Sejauh ini kami melihat aparat kepolisian cepat bergerak untuk menangani teror ini, namun demikian kami berharap aparat kepolisian dapat meningkatkan kewaspadaan," ujarnya.
Pihaknya juga mengimbau masyarakat untuk terlibat aktif dalam upaya mengantisipasi aksi atau serangan berikutnya karena umumnya teroris akan terus bergerak menebar teror.(yn/ant)