Opini
Oleh Eddy Junaidi pada hari Sabtu, 16 Sep 2017 - 13:57:30 WIB
Bagikan Berita ini :

Kapitalisme Yahudi versus Kapitalisme Cina

66IMG_20170916_135451.jpg
Ilustrasi restoran McD di China (Sumber foto : Istimewa )

Kapitalisme dianggap mengubah tatanan ekonomi dunia dan dominan dikuasai oleh pemilik modal, maka lahirlah komunisme lewat Karl Marx sebagai antitesa. Namun ditengarai Marxisme juga sebetulnya disponsori oleh kelompok kapitalis Yahudi sebagai “sparring partner” dan alat kontrol. Jika sudah sangat mengganggu maka akan dihancurkan. Oleh sebab itu Uni Soviet ketika Mikhail Gorbachev menjadi presidennya (1991) diruntuhkan dengan skemaGlasnost andPerestroika. Seiring juga dengan runtuhnya tembok Berlin di Jerman Timur maka Jerman bersatu dan saat ini menjadi negara terkuat di Eropa.

Setelah hancurnya Uni Soviet, lalu muncullah Jerman sebagai negara utama di Uni Eropa, yang belakangan membuat Inggris keluar dari blok tersebut (Brexit), ini seperti bencana bagi kapitalisme Yahudi. Di Asia mereka terbentur dengan negara komunis Cina dengan skemaState Capitalismyang terkenal dengan ambigu ‘One State Two Systems’. Sistem politik tetap menggunakan komunisme tapi untuk sistem ekonomi menggunakan sistem kapitalisme.

Cina dianggap sebagai negara sosialis yang dapat beradaptasi, memanfaatkan situasi, membangun negaranya dan berjaya sebagai negara terbesar dalam perdagangan dunia, serta memiliki GDP (Gross Domestic Product/Produk Domestik Bruto) terbesar, mencapai Rp 28.000 triliun melampaui negara pengekspor kapitalisasi, yakni Amerika Serikat (AS).

Cengkeramankapitalisme Yahudi

Resesi ekonomi AS pada tahun 2008 yang merembet ke Eropa, Asia, dan belahan bumi lain yang terkait dengan ‘Sistem Keuangan Global’. KrisisSubprime Mortgageditandai dengan bangkrutnya salah satu soko guru kapitalisme global, Lehman Brothers. Kita tahu bahwa Lehman Brothers bersama Goldman Sachs, JP Morgan Chase, Deutsche Bank, Citibank sebagai soko guru kapitalisme “gank The Fed” yang dipimpin AS.

Gerakan Yahudi Global dimulai tahun 1776, dengan gerakan illuminati, yakni disepakatinya oleh elite Yahudi dunia akan berkuasa di pentas global. Dimulai dengan mensponsori Revolusi Perancis 1709, Revolusi Rusia yang berujung dengan lahirnya komunisme sebagai keseimbangan untuk kapitalisme (1907) dan lahirnya AS sebagai lokomotif Yahudi.

Isu kesetaraan ditiupkan agar hierarki agama, sosial, dan feodalisme digerus dan kerajaan diganti dengan sistem demokrasi.

Lalu, lahirlah Protokol Zion 1842 dengan skema negara bangsa Yahudi dengan menganeksasi teritorial Palestina agar Israel muncul sebagai suatu negara. Pada era Protokol Zion lahirlahAristocracy of Money. Uang menjadi tuhan dalam kehidupan sekularisme.

Soros sebagai generasi Yahudi berikutnya menyempurnakannya melalui bukunya “One Global One Government”, mempopulerkanOne State One Societykarena negara sudah tidak ada lagi demarkasi batas negara, melalui modal (kapitalisme).

Aristocracy of Moneydimulai dengan lahirnya Federal Reserve (The Fed) yang dimiliki pemegang saham yang mengatur sistem moneter dunia. Untuk menancapkan kukunya yang tajam pada negara berkembang yang kaya sumber daya alam (SDA) dalam konteksEnergy and Food Security,dikendalikan melalui lembaga donor yang berutang pada IMF (International Fund Monertary) dan Bank Dunia sebagai jaringan pengendali negara berkembang, termasuk Indonesia.

Negara berkembang dijebak melalui utang sehingga tidak bisa independen dalam hal orientasi dan kebijakan pembangunannya. Contoh ekstrem adalah Indonesia di era Soeharto yang ingin lepas landas dan melunasi utang pada tahun 1992 (periode ke-2 pembangunan jangka panjang 25 tahun), dijatuhkan dengancurrency war(perang mata uang asing) di tahun 1997, dan setahun kemudian Soeharto jatuh oleh IMF (International Monetary Fund/Dana Moneter Internasional) dan Bank Dunia dengan strategi ‘bail-out’ yang dikenal dengan BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) negara Indonesia terikat dengan skema AS (Yahudi). Demokrasi dijadikan alat menghasut rakyat untuk menyerang pemerintah yang dianggap otoriter.

Memudarnyakapitalisme Yahudi

Kapitalisme mengakuisisi sistem demokrasi karena tidak mempunyai “sparring partner” yang sepadan setelah Uni Soviet dan Jerman Timur rontok sebagai negara adikuasa. Keangkuhan para kapitalis membuatnya lengah dan terjadilah kebangkrutan ekonomi AS pada tahun 2008.

Keseimbangan datang dari Tuhan dengan lahirnyaState CapitalismCina sebagai pengimbang kapitalisme global.

Di saat AS ingin menguasai kembali perdagangan dunia, seperti ambisi Donald Trump, ternyata justru menghancurkan hegemoni AS sendiri, khususnya kapitalisme Yahudi. Tanpa disadari Rusia yang awalnya jadi partner AS sesuai rencana Trump, justru keterlibatan Rusia pada Pilpres AS tahun 2016 terbuka menjadi skandal, sehingga Rusia marah dan kembali menjadi musuh utama AS.

Sanksi ekonomi untuk Rusia dari Kongres AS membuat Presiden Rusia Vladimir Putin marah dengan mengusir ratusan diplomat AS di Rusia, AS membalasnya dengan hal yang sama serta menjatuhkan sanksi baru atas Rusia.

Dalam kampanye Pilpres 2016, Trump terang-terangan menyerang Cina sebagai seterunya, dan akan memenangkan perang dingin nantinya (proxy warAS versus Cina).

Faktanya, keberadaan Cina didukung negara-negara G20 di luar AS, menjadi batu sandungan sebagai seteru utama Yahudi. Trauma era Hittler dengan negara Jerman yang membantai (genocide) Yahudi di era Perang Dunia I dan Perang Dunia II.

Persekutuan Cina, Rusia, dan Jerman adalah persekutuan taktis melawan Yahudi (AS dan Inggris). Anehnya, Inggris malah mendukung skemaOne Belt One Road(OBOR) Cina dan terlibat dengan pembangunan pipa migas ke Timur Tengah.

Soko guru Yahudi seperti Rothschild (berasal dari Jerman berdomisili di Inggris) dengan kekayaan korporasinya yang mencapai USD 1 triliun sejak tahun 1760-an adalah keluarga Yahudi asal Jerman, pemilik Deutsche bank dan beberapa kerajaan keuangan dunia. Rothschild di Indonesia berpartner dengan Bakrie Bumi Resources (yang berujung konflik di peradilan niaga Singapura) adalah raksasa soko guru Yahudi.

Soko guru berikutnya keluarga Rockefeller, pemilik raksasa keuangan dunia JP Morgan Chase dan beberapa lembaga keuangan termasuk salah satu pemegang saham The Fed, Bank Sentral AS yang sahamnya dimiliki 12 konglomerat Yahudi. Rockefeller adalah raja minyak dunia (Texaco, Caltex, dan Exxon Mobile) menjadi kekuatan Yahudi yang terorganisir dan juga merupakan menantu JP. Morgan.

Rockefeller bersama Rothschild, JP. Morgan Jr dan Ford, pada tahun 1973 mendirikan trilateral lanjutan skema Protokol Zion dan pertemuan Bilderberg Internationalupper class(kelas atas) bersatu dari AS, Eropa dan Jepang. Trilateral mensponsori kepala-kepala negara di AS, Eropa, dan Jepang dengan syarat The Global Financial Interest harus dilindungi.

Jadi, era transaksional dimana kapitalisme mengakuisisi demokrasi akarnya ada di sini, dan Indonesia menerapkannya lewat deregulasi Undang-Undang Politik (1998–2002) yang juga disponsori oleh kapitalisme global senilai USD 35 juta sebagai bagian reformasi (deregulasi).

Tahun 1973 Rockefeller mengundang 200 top bankir, businessman, politisi dan pemimpin serikat kerja negara berkonsolidasi untuk kelanggengan kerajaan keuangan global. Di antara pesertanya ada Jimmy Carter yang pada Pilpres AS tahun 1976 terpilih menjadi Presiden AS yang dinilai jujur dan merakyat. Jadi, isu populisme pertama diterapkan Yahudi pada saat terpilihnya Jimmy Carter menjadi Presiden AS; sedangkan Donald Trump adalah yang kesekian kalinya.

Dengan misi menjaga perdamaian dunia, AS sebagai polisi dunia mengatur ekonomi dunia dengan Federal Reserve sebagai pengatur, dan IMF/Bank Dunia sebagai operator untuk negara berkembang dan perbankan milik Yahudi seperti JP Morgan Chase, Goldman Sachs, Citibank dan Deutsche bank sebagai operator di setiap negara yang menjadi target mereka.

Strategi mereka dilakukan dengan globalisasi melalui pasar saham dan uang untuk pengendalian arus keuangan dunia.

Skema keuangan dunia melalui saham dan mata uang juga bisa dijadikan alat penekanan pada suatu negara yang tidak patuh pada sistem keuangan global. Namun skema saham dan mata uang ini juga yang membuat menjadi rentan menyebabkan VUCA (Volatility/Kesementaraan,Uncertainty/Ketidakpastian,Complexity,Ambiguity) terjadi pada fenomena perlambatan ekonomi global dan membuat ketidakpastian dalam ekonomi global, kegagalan AS pada tahun 2008 telah menjadi pelajaran berharga bagi AS.

Tercatat nama-namaCarl Icahn(Ichan Enterprises – pengusaha Yahudi generasi baru) adalah salah satu pengusaha Yahudi di sekitar Trump sebagai Koordinator Staf Khusus,Rex Tillersoneksekutif di Exxon Mobile yang juga sahabat Vladimir Putin. Di AS, saat ini soko guru Yahudi adalah keluarga Icahn, dengan kekayaan mencapai USD 86 miliar, berikutnya keluarga Walton yang memiliki Walmart riel terbesar di AS dengan kekayaan USD 144 miliar. Lalu ada nama Keluarga Rupert raja anggur dunia yang juga berpartner dengan Rothschild, pemilik brand Dunhill, Mont Blanc, dan Cartier. Ada pula Rupert Murdoch, raja pers dunia yang menjadikan AS sebagai operator opini publik dunia.

Tercatat juga nama keluargaCargillsebagai raja pangan dunia, dengan kekayaan USD 490 miliar, yang berdiri sejak tahun 1865. Lalu menyusul Warren Buffett (USD 60,8 miliar), Jeff Bezos (USD 45,2 miliar), dan beberapa nama lainnya. Dapat dikatakan bahwa pengusaha Yahudi masih menguasai bisnis dunia baik di keuangan, pertambangan, mineral, pers, dan migas, serta pangan dunia.

Kita mengetahui bahwa konteks geo-ekonomi dunia dikuatkan oleh dua isu utama, yakniEnergy Security(ketahanan energi) danFood Security(ketahanan pangan) yang konon akan langka di tahun 2030 nanti.

Kapitalisme Yahudi memudar karena mulai dikritisi di AS pada tahun 2008 yang ditandai dengan runtuhnya Lehman Brothers dan goncangnya Goldman Sachs dan JP Morgan Chase. Situasi kemudian diperburuk dengan kehadiran Donald Trump yang menghancurkan pohon populisme sebagai pengimbang demokrasi, dunia menyadari kapitalisme telah membajak demokrasi di seluruh dunia. Kapitalisme global Yahudi sering menjadi sasaran saat demonstrasi, khususnya brand-brand AS di segala lini. Warren Buffett sebagai salah satu Yahudi terkaya menjadi pendukung utama pengkritik Trump, sehingga Yahudi yang di partai Demokrat menentang kebijakan Trump yang sangat tidak populis.

Dunia memahami kapitalisme Yahudi dengan operator Multinational Corp. sebagai operator saat ini mulai disaingi korporasi dari China’s Overseas, seperti Li Ka-shing (Cina–Taiwan), Robert Kuok (Malaysia), Anthony Salim (Indonesia), Michael Hartono dan Budi Hartono (Indonesia), Samsung, dan LG (Korea), khususnya dominasi beberapa sektor perdagangan Asia, dan tentu Jepang di industri otomotif dan elektronik.

Begitu juga di Eropa, mereka dapat saingan dari korporasi Jerman dan Perancis. Sementara Afrika praktis dikuasai Cina. Rusia tetap mendominasi di Eropa Timur, sehingga Proxy War AS vs Cina dibantu Rusia dan Jerman saat ini menjadi seimbang.

AS pasti memainkan politik dalam konteks geo-strategi dengan basis pertahanan, kita mengetahui untuk industri pertahanan sangat sulit menyaingi Paman Sam saat ini.

Konflik di Semenanjung Korea merupakan bagian dari upaya AS dalam menekan Cina agar mencegah Korea Utara dalam hal nuklir, dan ini dijadikan alasan penyatuan Korea. Selain itu, Kepulauan Spratly adalah posisi strategis perdagangan dunia dan kaya migas, akan diperebutkan oleh Cina dan Jepang bersama AS. Konon deposit migasnya No. 4 terbesar di dunia, yakni 17,7 miliar barrel.

Jika di perdagangan sulit menaklukkan Cina, tentu dengan geo-strategis AS pasti unggul, kecuali Cina bersatu dengan Rusia, namun sulit untuk memperoleh momentum dalam konflik di Semenanjung Korea

Bagi Indonesia, harus cerdas melihat Proxy War AS vs Cina, sebagai pionir negara non-Blok seharusnya jangan memihak, justru harus dapat mengoptimalkan pemanfaatannya untuk Indonesia. Jangan justru menjadi proxy salah satu kekuatan karena posisi geo-strategis Indonesia dalam perdagangan dunia dan potensi sumber daya alam yang menjadi magnitude AS dengan Cina.

Posisi Pelabuhan Sabang (Aceh), Belawan (Medan), dan Batam (Kepulauan Riau) jika dilakukan penyesuaian standar internasional tentu Singapura akan merasa tersaingi. Seperti kehadiran Perdana Menteri Inggris pada awal Pemerintahan Joko Widodo, yang datang secara mendadak karena khawatir dengan pernyataan Presiden Joko Widodo mengenai Indonesia Poros Maritim, ketika menghadiri Forum Ekonomi Dunia (November 2014), mengingatkan agar jangan membangun pelabuhan Belawan. Kita juga ingat, di era 1970-an bahwa AS meminta agar Sabang sebagai pelabuhan bebas ditutup, diganti dengan skema Batam sebagai Otorita. Faktanya, Batam hanya menjadi tempat “pembuangan” industri dari Singapura.

Kekhawatiran Yahudi terhadap posisi strategis Indonesia menjadi rebutan AS dan Cina, sehinggaproxy wardilakukan dengan berbagai cara.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
AMIN BANNER 01
advertisement
AMIN BANNER 02
advertisement
AMIN BANNER 03
advertisement
AMIN BANNER 04
advertisement
AMIN BANNER 06
advertisement
AMIN BANNER 08
advertisement
Opini Lainnya
Opini

In Prabowo We Trust" dan Nasib Bangsa Ke Depan

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Kamis, 28 Mar 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidatonya kemarin di acara berbuka puasa bersama, "Partai Demokrat bersama Presiden Terpilih", tanpa Gibran hadir, kemarin, ...
Opini

MK Segera saja Bertaubat, Bela Rakyat atau Bubar jalan

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi (MK) segera bertaubat. Mumpung ini bulan Ramadhan. Segera mensucikan diri dari putusan-putusan nya yang menciderai keadilan masyarakat.  Di ...