JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Sekretaris Jenderal PPP Arsul Sani menyayangkan sikap sejumlah LSM yang kerap memposisikan Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai korban.
Menurut Arsul, jika ingin menelusuri sepak terjang PKI, jangan hanya terfokus pada peristiwa G30S/PKI semata, tetapi harus melihatnya dari sejak masa kemerdekaan Indonesia. (Baca juga: Massa Geruduk YLBHI Karena Tuding Ada Kegiatan PKI)
"Teman-teman LSM cenderung melewatkan sejarah PKI dan karenanya melewati sudut-sudut faktual tentang perilaku PKI sebelumnya," kata Arsul kepada wartawan di Jakarta, Minggu (17/09/2017).
Anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR itu menambahkan, LSM kerap berlebihan dalam mengangkat isu bahwa anggota dan simpatisan PKI merupakan korban kekejaman Orde Baru. (Baca juga: Rusuh, Massa Teriak Ganyang PKI Sambil Geruduk Kantor YLBHI)
"Mereka misalnya lebih banyak bicara soal korban pembantaian tahun 1965 ketika bicara pelanggaran HAM berat. Sampai dibuat Pengadilan Rakyat (People Tribunal) di Den Haag, Belanda dua tahun lalu," ungkapnya.
Seharusnya, tandas dia, perilaku PKI harus ditelusuri juga para korban pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948. (Baca juga: Dituduh Sarang PKI, Ini Klarifikasi LBH Jakarta)
"LSM-LSM ini juga gagal melihat bagaimana perilaku PKI ketika mendapatkan angin di kekuasaan pada zaman Nasakom," sindirnya.
Menyikapi hal tersebut, Arsul mengajak elemen-elemen masyarakat sipil agar proporsional dan historis-kontekstual dalam melihat permasalahan peristiwa tahun 1965 tersebut.
"Jangan diambil sepotong-potong, karena akan justru menimbulkan segregasi baru di masyarakat," pungkasnya.(yn)