YOGYAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Sektor energi seperti anak yatim yang kehilangan bapak. Ini membuat pengelolaannya jauh dari harapan.
Di bidang perminyakan, kesenjangan antara konsumsi dan produksi terus melebar. Konsumsi makin meningkat, sementara produksi terus menurun.
"Jika tidak segera diatasi tahun 2030, 70 persen kebutuhan energi nasional akan dipenuhi dari impor," kata mantan Menteri ESDM Sudirman Said dalam forum Young Leader of Energi Camp 2017 di Kaliurang, Yogyakarta, Jumat (22/9/2017).
Sudirman menjelaskan, terus menurunnya produksi minyak nasional karena minimnya investasi mencari sumur-sumur baru. Selain itu sumur-sumur yang ada pun sudah tua dan produksinya terus menurun.
Lebih lanjut Sudirman menguraikan, minimnya eksplorasi karena selain investasi yang mahal juga makin sulitnya areal eksplorasi.
"Di Indonesia saat ini daerah yang potensial untuk eksplorasi kebanyakan di lepas pantai, di laut dalam. Ini menjadikan eksplorasi padat modal dan teknologi," jelas dia.
Selain itu investasi di sektor energi sifatnya jangka panjang. Mulai dari proses ekplorasi, menemukan sumur hingga produksi pertama memerlukan waktu 10-15 tahun.
"Karena mahalnya investasi di sektor ini lebih banyak pemain asingnya, karena mereka yang punya uang. Namun belakangan perusahaan minyak asing juga menahan diri," imbuh Sudirman.
Kebijakan investasi yang tidak mendukung, lanjut dia, membuat perusahaan minyak asing menahan diri. Contohnya, areal yang diberikan untuk eksplorasi misalnya 3000 hektare, belum juga digarap sudah diharuskan bayar PBB (pajak bumi dan bangunan).
"Kurangnya insentif membuat investasi eksplorasi kurang menarik," tandas Sudirman.
Sementara investasi pada energi baru dan terbarukan untuk mengganti energi fosil yang makin menipis cadangannya, juga tak kunjung ada kemajuan. Alasannya, lagi-lagi karena mahalnya ongkos investasi.
Dalam pandangan bakal cagub Jawa Tengah ini, perlu kemauan politik (political will) yang kuat jika ingin masa depan energi nasional ingin mandiri dan terbebas dari pemburu rente. Memang saat ini investasinya mahal, tapi jangka panjang akan murah.
Menurut Sudirman, negara akan menjadi kuat jika sudah bisa mandiri dalam tiga sektor, yakni air, energi, dan pangan. Untuk perlu pemimpin yang kuat dan visioner guna mewujudkan kemandirian dalam ketiga sektor itu.(dia)