JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Anggota Komisi VI DPR RI, Abdul Wachid mengungkapkan, banyak para petani gula tebu saat ini yang mengeluh karena hasil panennya tidak terserap dengan maksimal oleh pemerintah.

"Pemerintah melalui Bulog sampai hari ini belum membeli gula dari petani tebu. Bahkan, kondisi sekarang gula petani masih menumpuk di gudang-gudang pabrik gula. Padahal kondisi hujan mulai turun, petani tebu butuh dana untuk hidup sehari-hari juga untuk mengolah lahan, beli bibit tebu juga untuk beli pupuk," terang Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Republik Indonesia (APTRI) itu di Kompleks Parlemen Jakarta, Senin (02/10/2017).

Padahal, beber dia, pemerintah memberikan janji pada para petani tebu bahwa hasil tebunya akan diserap oleh pemerintah.

"Petani tebu dijanjikan oleh pemerintah. Saat itu hasil rapat Menko Ekuin dan Bulog pada tanggal 15 Agustus 2017 di kantor Menko Ekuin gula petani akan dibeli oleh Bulog Rp 9700 kg. Petani tebu mau jual gulanya pada pedagang, ternyata pedagang tidak mau beli gula seperti tahun-tahun yang lalu karena sekarang ada aturan di Satgas Pangan yang bisa menjual gula curah di dalam negeri ini adalah Bulog, artinya pedagang tidak boleh jual gula curah," ujar Ketua DPD Gerindra Jateng itu.

Akibatnya, lanjut dia, aturan Satgas pangan ini justru malah petani tidak bisa jual gula secara bebas.

"Padahal para petani ini menggantungkan diri pada Bulog. Sedangkan Bulog sampai sekarang tidak ada membeli gula petani maupun dari pabrik gula. Kalau kondisi ini pemerintah biarkan dan tidak segera ambil tindakan memborong gula petani, saya khawatir para petani tebu akan datang ke Jakarta mengadu nasibnya pada Presiden Jokowi. Atau terpaksa aksi buang gula lagi dilakukan. Karena para pembantu Presiden tidak bisa menyelesaikan masalah," tandasnya.

"Saya khwatir para petani tebu pada kapok nanam tebu kembali. Jelas Swasembada gula yang dijanjikan Presiden akan tidak tercapai," pungkasnya. (icl)