Opini
Oleh Zeng Wei Jian pada hari Sabtu, 28 Okt 2017 - 05:21:54 WIB
Bagikan Berita ini :

Stop Tradisi Aneh Ahok

79IMG_20171020_103002.jpg
Zeng Wei Jian (Sumber foto : Istimewa )

Kerja Gubernur itu 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Sama kaya presiden. Hanya beda scope. President for the whole nation. Gubernur hanya sebatas provinsi.

Gubernur bukan buruh pabrik. Ngga mesti absent finger. Kerja "nine to five" atau pukul 7 sampe 5 sore bukan job-desk gubernur.

Salah satu kegiatan ngaco Ahok adalah terima antrian masyarakat. Demi pencitraan. Antrian panjang pengaduan berarti kinerja buruk jajaran di bawah gubernur. Tapi Ahok ingin tampak sebagai gubernur yang bisa diakses semua orang. Hasilnya jeblok. Non-sense. Kalah 2 digit. Semua orang tau itu pencitraan basi. Tradisi ini meaningless.

Anies-Sandi mesti stop that madness. Banyak orang hanya ingin selfi dengan gubernur. Buat gaya-gayaan. Foto sama gubernur bisa dipake buat nakut-nakutin tetangga.

"Tradisi aneh Ahok" ini menyedot tenaga yang tidak perlu. Harus bangun pagi. Ngantor sebelum jam 7 pagi supaya dapet predikat "Gubernur Rajin". Padahal, kerja gubernur bisa sampe larut malam. Rapat-rapat, sidak, kasih ceramah, blusukan, konsolidasi dan lain sebagainya.

Alhasil, stamina pasti drop. Emosi ngga stabil. Cepat marah. Labil. Konsentrasi buyar. Agitated mind. Reckless. Syarafnya kena. Akibat kurang tidur. Di situ, sumber semua blunder Ahok. Jakarta ngga butuh gubernur sok rajin. Smart work is much-much-much better than hard work.

Saya ngga pernah dengar Mas Joko cuti. Sama kaya Pa Harto sampe Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Presiden Amerika masih punya tradisi liburan. Tapi, vacations don’t stop presidents from making major decisions. Misalnya, Presiden Reagen memutuskan to fire striking air-traffic controllers in 1981 ketika dia "liburan" di Camp David.

Nancy Reagen benar saat berkata, "Presidents don’t get vacations—they just get a change of scenery".

Saya hanya pernah sekali ketemu Anies. Di acara yang dihadiri Pa' Prabowo Subianto. Ibu Mien Uno arranged foto bersama. Cuma salaman dan say hello. Tapi saya kira, baik Anies mau pun Sandi adalah orang-orang yang mudah diakses. Tanpa harus ngikutin Ahok, saya yakin mereka tetap akan dekat dengan masyarakat.

Anies-Sandi bisa saja mengadakan acara gathering setiap Jum'at. Ngumpul bareng warga di Balai Kota. Lalu sholat Jum'at bersama. Di situ, warga bisa menumpahkan apa saja. Selfi bisa dilakukan di mana dan kapan saja. Acara temu warga bisa juga dilakukan dengan "Open House" rumah dinas.

Pengaduan masyarakat bisa di-handle dengan membuka loket-loket pengaduan di Balai Kota. Jika perlu, Gerakin Relawan. Bikin sistem yang memungkinkan masyarakat bisa follow up pengaduannya. Setiap pengaduan tertulis harus diterima dengan stempel. Tim relawan akan melaporkan semua pengaduan itu kepada gubernur. Informasi adanya lurah korup atau ASN yang minta pungli bisa disalurkan dengan mekanisme ini.

Jalanan Jakarta masi berlubang. Banyak OKB parkir mobil sembarangan. Ngga punya garasi tapi beli 2-3 mobil. Jalan jadi sempit. Rentan gesekan. Driver Ojek Online ngumpul di trotoar. Mestinya, para provider ojek online itu diharuskan bikin pangkalan-pangkalan ojek. Lampu-lampu halte banyak yang mati. Begitu juga soal pengaturan lampu merah. Di ruas jalan sekitar Tugu Tani, dari arah Gambir, lampu hijau hanya aktif sekitar 5 detik. Lalu merah lagi. Jiaaah...Terjadilah bottle neck.

Pertemuan dengan masyarakat harus intens. Anies-Sandi mesti banyak mendengar keluhan warga. Datangi mereka. Pro aktif. Jemput bola. Dan itu bisa dilakukan tanpa harus meneruskan cara-cara seperti yang dilakukan Ahok.

Saya berharap Anies-Sandi tidak terpasung apalagi tersandera tradisi aneh Ahok. Dia gubernur gagal. Ngga usah ditiru.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Kode Sri Mulyani dan Risma saat Sidang MK

Oleh Anthony Budiawan - Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies)
pada hari Kamis, 18 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Sri Mulyani (dan tiga menteri lainnya) dimintai keterangan oleh Mahkamah Konstitusi pada 5 April yang lalu. Keterangan yang disampaikan Sri Mulyani banyak yang tidak ...
Opini

Tersirat, Hotman Paris Akui Perpanjangan Bansos Presiden Joko Widodo Melanggar Hukum: Gibran Dapat Didiskualifikasi?

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --1 April 2024, saya hadir di Mahkamah Konstitusi sebagai Ahli Ekonomi dalam sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum 2024. Saya menyampaikan pendapat Ahli, bahwa: ...