Opini
Oleh Ariady Achmad pada hari Kamis, 02 Nov 2017 - 07:55:41 WIB
Bagikan Berita ini :

Selamat Datang Generasi Baru Pemimpin Zaman Now

54obrolan pagi-1.jpg
Kolom bersama Ariady Achmad (Sumber foto : Ilustrasi oleh Kuat Santoso )

Setiap masa ada pemimpinnya. Setiap pemimpin ada masanya.

Demikian kata bijak yang sering kita dengar tentang kepemimpinan. Tak terkecuali yang dialami bangsa Indonesia. Generasi pemimpin silih berganti, sejak pra kemerdekaan hingga era zaman now (kekinian). Semua menorehkan jejak mewarnai perjalanan bangsa ini.

Generasi pra kemerdekaan memberikan catatan elan perjuangan dan perlawanan tanpa lelah mengusir kolonialisme. Generasi revolusi kemerdekaan dengan tokoh sentral Soekarno-Hatta yang meletakkan dasar negara memimpin bangsa ini sekitar 20 tahun hingga era 1965.

Pak Harto yang ditopang militer memimpin bangsa sekitar 32 tahun. Uniknya, Orde Baru yang otoriter justru melahirkan generasi kaum terdidik yang tumbuh kesadarannya akan pentingnya demokrasi. Diawali gerakan mahasiswa pro demokrasi 1974 dengan sosok sentral Hariman Siregar, terus bergulir memicu munculnya gerakan mahasiswa 1978, gerakan mahasiswa 1980-an hingga gelombang gerakan mahasiswa 1998 yang berujung lahirnya era reformasi.

Era reformasi yang hampir berjalan 20 tahun telah diwarnai silih bergantinya kepemimpinan. Baik nasional maupun lokal atau daerah. Tak terkecuali, hari-hari ini kita melihat kiprah 'Anies-Sandi' memimpin warga ibukota Jakarta, pusat peradaban Indonesia zaman now. Zaman kekinian yang didominasi oleh generasi millenial.

Apapun yang terjadi, Anies-Sandi adalah pemimpin ibukota Jakarta hasil proses demokrasi. Anies-Sandi dipilih oleh mayoritas warga untuk memimpin pemerintahan provinsi di ibukota Jakarta. Dus, Anies-Sandi adalah pemimpin untuk seluruh warga ibukota Jakarta.

Anies-Sandi sudah terpilih. Kini saatnya Anies-Sandi untuk memilih. Memilih kepemimpinan seperti apa yang dilakukan untuk zaman now yang didominasi generasi millenial di ibukota. Sebagai bagian bangsa Indonesia, kepemimpinan Anies-Sandi haruslah mengacu pada cita-cita pendirian bangsa ini sebagaimana dalam mukadimah (pembukaan) UUD45.

*Pilihan Anies-Sandi mengangkat isu Pribumi, menutup Alexis maupun melibatkan warga menata kawasan Bukit Duri memang memicu dialektika*.Bukan saja di pada tataran lokal ibukota, namun juga menjangkau publik nasional. Meski demikian, dialektika seperti ini rasanya menjadi sesuatu yang wajar dalam alam demokrasi.

Namun harus diakui pilihan Anies-Sandi tersebut sejalan dan satu jiwa dengan tujuan pendirian negara ini sebagaimana penggalan mukadimah UUD 1945 yakni, "....Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia...."

Apa boleh buat, 72 tahun bangsa ini merdeka mengalami silih berganti rezim, belum mampu membaca secara tersurat (eksplisit) maupun tersirat (implisit) pesan dalam mukadimah UUD 1945. Sehingga tujuan mulia para pendiri bangsa tak kunjung dirasakan masyarakat bangsa ini.

Kini, kita melihat Anies-Sandi yang mulai mendapat kepercayaan memimpin masyarakat menerjemahkan pesan mukadimah UUD 1945 dalam keputusan dan kebijakan yang dipilih dan dilakukannya. Masih awal memang. Namun, kesadaran di awal kepemimpinan ini menjadi modal kuat menggugah kesadaran generasi millenial dan masyarakat.

Kita berharap banyak kepada generasi 'Anies-Sandi' ini untuk terus mewujudkan cita-cita para pendiri bangsa ini. Apalagi, bangsa ini memiliki anak zaman seperti Anies-Sandi. Ada Harris Moty Rusli (mantan Ketua Umum PRD), Syahganda Nainggolan (mantan aktivis Mahasiswa ITB 1980-an) lalu di parlemen ada Budiman Sudjatmiko, Fadli Zon, Fahri Hamzah dsbnya. Belakangan mulai muncul generasi Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dsbnya.

Diakui atau tidak, Hariman Siregar dengan segala pengorbanannya adalah sosok yang menginspirasi dan menjadi acuan gerakan Mahasiswa dan pemuda era 1970-an hingga era zaman now atau kekinian. Dialah pendobrak rezim otoriter Orde Baru agar membuka keran demokrasi untuk mewujudkan cita-cita pendiri bangsa ini seperti yang dilakukan dan diinginkan generasi 'Anies-Sandi'.

Dialektika adalah hal yang sah dan wajar dalam alam demokrasi. Demikian juga terhadap pilihan yang dilakukan Anies-Sandi dan generasinya. Ada yang setuju ada yang tidak. Wajar saja. Hanya saja, saatnya bangsa ini memberikan pintu dan kesempatan kepada generasi 'Anies-Sandi' untuk mewujudkan tujuan kemerdekaan sebagaimana dalam mukadimah UUD 1945.

Selamat datang generasi baru pemimpin bangsa Indonesia zaman now. (*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Ahlan Wa Sahlan Prabowo Sang Rajawali!

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Rabu, 24 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi sudah memutuskan Prabowo Subianto sah sebagai Presiden RI ke delapan. Itu adalah takdir Prabowo yang biasa dipanggil 08 oleh koleganya. Keputusan MK ...
Opini

Jalan Itu Tidaklah Sunyi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --"Jika Mamah jadi penguasa apakah Mamah akan menjadikan anak Mamah pejabat saat Mama berkuasa?" Itu pertanyaan anakku malam ini. Aku mendengarkan anakku ini. ...