Jakarta
Oleh Pamudji, Aries Eko, dan Alfian Risfil Auton pada hari Rabu, 15 Nov 2017 - 17:01:16 WIB
Bagikan Berita ini :
Wawancara Direktur Utama PD Pasar Jaya

Arief Nasrudin : Kami Mengubah Pasar Menjadi Ramah dan Nyaman

50ariefnasrudin.jpg
Direktur Utama PD Pasar Jaya Arief Nasrudin (Sumber foto : Arie Eko - TeropongSenayan)

Meski sempat menolak, semangat Arief Nasrudin kini justru membara untuk memimpin dan membesarkan PD Pasar Jaya. Di depan matanya, seribu tantangan menghadang. Saat bersamaan sejuta peluang juga berdiri menjulang. Di persilangan tantangan dan peluang itulah Arief bekerja.

Yang paling dekat, Arief ditantang menyelamatkan pasar tradisional dari gempuran e-commerce. Bukan pekerjaan ringan, namun bukan pula pekerjaan yang tak mungkin dilakukan.

Menjadi orang nomor satu di PD Pasar Jaya menuntut Arief untuk bekerja keras dan cerdas. Di samping itu, juga harus bertindak cepat dan tepat.

Arief bekerja keras merevitalisasi bangunan fisik pasar sekaligus mendongkrak kapasitas karyawan. Dia pun bertindak cepat mengajak pedagang pasar melek teknologi dan mudah mendapatkan barang dagangan. Itulah sebagian kesibukan yang semakin hari semakin menyita waktu, perhatian, dan energi Arief.

Bagaimana cara Arief menjalani kesibukan itu? Bagaimana pula potret pasar tradisional di DKI Jakarta saat ini? Berikut petikan perbincangan TeropongSenayan.com dengan Arief Nasrudin di Kantor PD Pasar Jaya, Jakarta, Jumat (10/11/2017).

Sebagai profesional mapan, bagaimana proses Anda masuk Pasar Jaya?
Saya tidak mengerti jalannya. Tapi, kalau di swasta namanya head hunter. Saya tidak kenal Pak Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) waktu itu sebagai gubernur yang memberi tawaran kepada saya. Malah, saya pernah menolak. Penawaran 2015, saya tolak. Saya lama di bisnis ritel, dari consumer good sampai food bisnis (restoran). Terakhir, saya dipanggil lagi pada 2016. Nembaknya langsung. Pak Ahok bilang, kamu tidak saya paksa untuk milih-milih, tapi kalau saya tantang kamu berbuat untuk Merah Putih, bagaimana? langsung salaman. Saat itu, saya tidak tahu gaji sebagai dirut pasar jaya.

Bagaimana reaksi Anda saat menerima tantangan menjadi orang nomor satu di Pasar Jaya?
Saya shok banget. Saya shok melihat kondisi Pasar Jaya. Tapi saya ditantang berani berbuat untuk Pasar Jaya, tidak hanya mengkritik. Ya sudah saya terima, dan masuk. Begitu masuk Pasar Jaya, saya shok.

Bagaimana kondisi Pasar Jaya saat Anda masuk?
Saat saya masuk, Pasar Jaya tidak memiliki sistem. Tidak ada integrasi. Ada komputer, dan itu dianggap sebagai sistem. Padahal, komputer hanya perangkat. Kalau bicara sistem berarti sudah integrasi antar bidang, semuanya tersambung. Padahal, ketika bekerja di swasta, saya dari Hero, itu sudah saya lakukan dari tahun 1998. Tahun 2000, kami sudah berkompetisi. Sedangkan di sini (Pasar Jaya) tahun 2016 email saja tidak maksimal. Namun buat saya, semuanya tidak ada yang bisa disalahkan, juga tidak ada yang bisa dibenarkan.

Melihat situasi demikian, apa yang Anda lakukan?
Pertama, kami bikin tiga tahun perencanaan. Di dalamnya masuk program-program perbaikan SDM, IT, dan infrastruktur pasar. Nah soal infrastruktur pasar, saya ingin bilang bahwa itu ada regulasinya, yakni Perda No 2/2009. Tapi coba lihat di lapangan, situasi pasar seperti apa, becek, semrawut, dan segala macam. Namun, ada pedagang yang bilang, lebih baik pasar becek tapi ramai, daripada bersih tapi sepi. Saya bilang, tunggu, jangan menyimpulkan bersih kemudian sepi. Jangan-jangan ketika pasar sudah bersih dan bagus, teknologi e-commerce semakin berkembang. Itu yang bikin sepi. Bukan karena yang kemarin becek tapi ramai, lalu bersih tapi sepi. Dulunya (ketika becek) belum kami sentuh. Namun sekarang sudah kami sentuh, teknologi e-commerce sudah semakin bagus. Jadi kami ketinggalan lagi.

Banyak pasar, yang mohon maaf, bangunanya tidak seperti pasar. Usia bangunannya sudah 30 tahun. Oleh karenanya, tahun 2016/2017 ini kami melakukan percepatan pembangunan pasar rakyat, yang secara fisik bentuknya pasar beneran. Harus ada SNI, ada fasilitas pemadam kebakaran, fasilitas umum, serta fasilitas pendukung seperti laboratorium, klinik dan taman bacaan. Kemudian kita dukung dengan kegiatan olah raga dan kesenian. Makanya, kita dapat SNI untuk 13 pasar.

Bagaimana proses pembangunannya?
Proses pembangunannanya carut marut. Semua pihak banyak yang memelototi. Tahapan proyek yang sudah masuk lelang, bisa gagal. Kalau di swasta, saat saya di Giant, ukuran proyek seperti pasar cuma butuh waktu tiga bulan, tokonya jadi. Itu kelas supermarket, 3000 meter persegi.Tapi di kita (pasar jaya) mengerjakan pasar rakyat, dua tahun.

Kenapa bisa begitu lama?
Bukan pembangunannya, tapi proses lelangnya yang lama. Bikin TOR sana-sini, semua ingin aman. Itu benar, tapi tidak punya yang namanya time schedul. Lelang pertama gagal, lalu lelang kedua, gagal lagi. Nah, di sini ada aturan, kalau ada lelang gagal berganda bisa penunjukan langsung. Namun ketika kami melakukan penunjukkan langsung, malah disanggah. Panjang lagi urusannya. Sampai bangunan selesai, memakan waktu dua tahun. Kami memiliki proyek yang didanai APBD 2014, tapi jadinya baru Desember 2017.

Revitalisasi pasar secara fisik, masih akan terus dilanjutkan?
Ada 45 pasar yang masih menjadi PR kami. Dari jumlah itu, 35 pasar kami programkan untuk dibangun pada 2016, 2017, dan 2018. Saat ini sedang dalam progres. Sebanyak 35 pasar akan kami jadikan pasar rakyat bersubsidi, sedangkan yang lain kami coba pakai mitra strategis.

Kami dipanggil Pak Wagub (Sandiaga Uno). Beliau mengajak kami mengembangkan pasar seperti di Istanbul, Turki. Di sana ada Grand Bazar, pasar yang ditata secara modern, tapi tetap menjaga haritage-nya, tetap ada tawar-menawar.

Setelah infrastruktur, bagaimana dengan pengembangan teknologi ?
Kami sekarang sudah memiliki SAP yang mengintegrasi semua pasar. Melalui integrasi sistem ini, kami usahakan tak ada lagi transaksi tunai di pasar.Kalau pembanyaran tunai, saya takut begitu masuk laci, nanti keluarnya beda. Baru sekarang, setelah ada sistem, saya bisa mendapatkan data pedagang di seluruh pasar yang dikelola Pasar Jaya. Dari data ini, saya bisa mendeteksi kios kosong dengan yang terisi. Kalau tidak, kita tidak tahu sebuah pasar tumbuh atau tidak.

Masih berkaitan dengan teknologi, di pasar induk sudah ada timbangan truk, yang terhubung dengan billboard. Kami juga menggunakan sistem pengontrolan stok. Kami memiliki mesin CAS (control atmofser storage) di pasar induk. Mesin ini bisa memperpanjang usia cabe dan bawang sampai enam bulan. Mesin ini menggunakan teknologi ionisasi. Ini baru Pasar Jaya yang punya. Bulog saja belajar ke kami.

Apa tindakan Pasar Jaya guna memenuhi kebutuhan barang pedagang?
Pada 2016, kami melakukan diversifikasi usaha, mulai menyentuh ke arah perdagangan. Kami cek, apa kebutuhan pedagang. Kami bikin peta pedagang. Sedikit ke belakang, pada zaman Pak Ahok, pedagang teriak mata rantai distribusi terlalu panjang. Nah, lalu Pasar Jaya masuk untuk menghadirkan sumber barang untuk pedagang. Di ritel, ilmunya kalau barangnya banyak, harganya pasti murah.

Di Pasar Induk Kramat Jati, ada Jack Grosir. Kalau pedagang mau beli sesuatu, pakai kartu pedagang (member). Kalau tidak pakai kartu pedagang tidak bisa beli barang karena harganya terlalu murah untuk diperjualbelikan lagi. Kalau pedagang punya kios, maka akan punya kartu pedagang. Fungsinya bisa untuk membeli barang di Jack Grosir, atau di MNDC. Itu juga dijadikan data untuk program pembinaan dan permodalan. Kami kerja sama dengan Bank DKI dan bank lain, supaya kartu pedagang ke depan bisa menjadi kartu kredit, dengan bunga 7,9%, di bawah bunga KUR. Itu kami lakukan, supaya pedagang bisa bersaing dengan pedagang online dan pasar modern.

Untuk mempermudah, pedagang tidak perlu datang ke Jack Grosir, tapi cukup menggunakan aplikasi. Pedagang tinggal klik, memasukkan kata sandi, nanti barang dikirim oleh Jack Grosir. Kami juga menyiapkan aplikasi e-commerce agar pedagang mulai masuk ke dalamnya. Pedagang kami bantu pendanaan dan sumber barang. Itu baru kami mulai pada 2017.

Bagaimana respons pedagang?
Ada progres. Kami akan terus melakukan sosialisasi karena kami memiliki 153 pasar, dengan jumlah pedagang 96 ribu. Kalau tempat usaha sebenarnya 117 ribu, tapi yang kosong ada 17 ribu, dimana 4 ribunya kami sedang deteksi. Itu gunanya sistem. Itu yang sekarang sedang kami bangun, selain infrastruktur pasar, yang sekarang kami sedang kejar.

Soal peningkatan kapasitas SDM di internal Pasar Jaya?
Menurut saya, bukan hanya pedagang yang cara berpkirnya dibuka, tapi pegawai PD Pasar Jaya juga sama. Tidak bisa lagi, pegawai pasar berpenampilan kurang baik, gondrong, baju dibuka, tampang tidak senyum, tidak mau melayani pedagang. Itu sudah tidak bisa lagi. Sekarang harus tampil profesional, tahu bagaimana menangani hal-hal yang terjadi di pasar, tahu bagaimana merecord sistem.

Secara riil, berapa jumlah karyawan PD Pasar Jaya ?
Sekarang ini, yang tercatat 986 karyawan tetap. Kami punya program untuk mensederajatkan karyawan yang saat ini tidak memikiki ijazah pendidikan, atau yang memiliki ijazah SD dan SMP, untuk kami naikkan levelnya minimal SMA. Dari statistik kami, 45% karyawan kami dalam posisi itu. Tapi buat saya, yang penting semangat kerjanya masih bagus.

Perlu saya tekankan, Pasar Jaya masuk dalam lima penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) terbesar di Jakarta.

Ada kesan pasar dekat dengan premanisme, pandangan Anda?
Saya bilang, iya. Ada preman dan oknum. Makanya, kami terapkan sistem. Itu berat juga menghadapinya. Kalau oknum, saya bisa benahi.Lambat laun jumlahnya akan menipis, karena mengikuti sistem. Kalau preman, kami akan merangkul agar menjadi pihak pengamanan di pasar-pasar yang dikelola Pasar Jaya. Saat ini premanisme di pasar semakin minim.

Secara umum, pasar yang dikelolal Pasar Jaya beroperasi 24 jam?
Tidak semuanya. Ada pasar yang memang pedagangnya minta beroperasi 24 jam, seperti Pasar Kebayoran Lama, Pasar Induk Kramat Jati. Tapi ada pasar-pasar yang tidak 24 jam. Pasar Tanah Abang pun tidak buka 24 jam.

Gedung atau pasar kami saat ini, kami usahakan mixed use, terutama dekat dengan perumahan, hotel, dan tenant. Kami juga menyiapkan fasilitas lain. seperti bioskop rakyat. Supaya nantinya, para pelajar mau main ke pasar, sambil nonton indi tentang pendidikan dan hiburan. Namun, saya masih melihat penilaian masyarakat terhadap pasar masih negatif. Kenapa? karena mereka sudah menunggut terlalu lama, adanya perubahan citra pasar tradisional.

Saat ini tekanan e-commerce begitu masif, bagaimana Pasar Jaya menghadapinya?
Kalau Pasar Jaya hanya mengurus bisnis menyewakan tempat dagang, lambat laun akan tutup. Kita harus menghadapi e-commerce yang semakin kuat. E-commerce harus dilawan dengan mengubah citra pasar tradisioanal. Pasar harus menjadi tujuan wisata, tempat berinteraksi. Kalau ada preman, ada oknum, bagaimana caranya orang mau ke pasar.

Saya tidak khawatir dengan e-commerce, tapi juga harus mengantisipasi. Saya rutin menyelinap masuk ke pasar, melihat kondisi sebenarnya. Kepala pasar tidak tahu, saya go show ke pasar. Pas saya masuk, kondisi pasar tenang-tenang saja. Saya tidak merasa ada sesuatu yang mengancam.

Ada data statstik tentang segmen usia yang bersentuhan dengan pasar?
Kami sempat bekerja sama dengan Neilsen. Generasi usia 20-30 tahun paling minim belanja di pasar. Selanjutnya yang paling banyak ke pasar adalah usia 30 tahun ke atas, sampai 46 tahun. Kemudian,45-60 tahun mulai menurun. Kami bekerja sama dengan beberapa universitas, seperti Universitas Muhammadiyah Jakarta, Universitas Al Azhar, UPH, dan beberapa kampus lain untuk mengajak mahasiswa masuk pasar.

Soal limbah pasar, bagaimana cara Anda menyelesaikan?
Kami sedang mencari formula, bagaimana bisa mendidik masyarakat dan pedagang supaya tidak membawa limbah ke pasar Jakarta. Terutama di pasar induk. Dalam sehari bisa 40 ton sampah.

Soal pedagang kaki lima, apakah Pasar Jaya berkeinginan untuk merangkul?
Saya ingin mereka masuk pasar. Kami memberi pembayaran kios yang sangat murah, sekitar Rp 5.000 per hari. Sampai saat ini pedagang kaki lima masih merajalela. Jumlahnya 86 ribu pedagang, bersaing dengan jumlah pedagang pasar yang mencapai 96 ribu pedagang.

Kalau 86 ribu pedagang kaki lima masuk pasar, apakah Pasar Jaya siap?
Tidak semuanya siap, tapi kami bisa bangun kalau mereka mau. Pemerintah bisa membuatkan fasilitas itu. Di Pemprov DKI kan ada Dinas UMKM, yang memiliki lokbin (lokasi binaan) dan loksem (lokasi sementara). Pasar Kramat Jati harus ada pasar untuk menampung kaki lima yang ada di Jalan Raya Bogor.

Pasar Jaya juga menyalurkan komoditas untuk KJP, untuk item barang apa saja?
Iya, kami menyalurkan komoditas untuk pemegang Kartu Jakarta Pintar (KJP). Masyarakat bawah yang mendapatkan KJP, sudah mengantri di pasar sejak Shubuh. Mereka mengantri di 74 pasar untuk mendapatkan empat item barang. Yakni ayam, daging, telur, dan beras. Nanti pada awal 2018 ditambah dua item, yakni ikan dan susu. (plt)

tag: #pd-pasar-jaya  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
AMIN BANNER 01
advertisement
AMIN BANNER 02
advertisement
AMIN BANNER 03
advertisement
AMIN BANNER 04
advertisement
AMIN BANNER 06
advertisement
AMIN BANNER 08
advertisement
Jakarta Lainnya
Jakarta

Mahasiswa Kecewa dengan Sikap KPK: Ancam Akan Lapor ke Jokowi

Oleh Sahlan Ake
pada hari Rabu, 10 Agu 2022
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Menggugat kembali melakukan aksi di depan Kantor Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas). Massa aksi ...
Jakarta

Muncul Nama Heru Budi Hartono Pengganti Anies Baswedan, Siapa Dia?

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)- Masa jabatan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan akan habis masa jabatan pada 16 Oktober 2022. Mengingat Pilkada baru digelar 2024, posisi Anies akan diisi oleh penjabat ...