JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Pengamat politik dari UIN Jakarta Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, dukungan politik partai Golkar kepada Jokowi bisa berubah sewaktu-waktu alias Golkar tarik dukungan politiknya.
"Seandainya Setnov dalam waktu dekat di-orange kan KPK, kembali ditetapkan sebagai tersangka untuk kedua kalinya setelah sebelumnya menang di praperadilan. Maka ada kemungkinaan terulang kembali perebutan dua poros antara ARB dengan kubu Agung Laksono," kata Pangi di Jakarta, Sabtu (17/11/2017).
Tidak bisa dinafikan, sambung dia, dua kubu berpotensi kembali mengeliat untuk memperebutkan pengaruh tokoh sentral dan elite penentu seperti ARB dan Agung Laksono untuk menjadi ketua umum partai Golkar menggantikan Setnov.
"Seandainya yang terpilih ketua umum baru partai golkar dari trah kubu ARB, maka kemungkinan dukungan Golkar terhadap pemerintah akan kembali dievaluasi mengusung Jokowi. Itu artinya, dukungan Golkar terhadap Jokowi bisa bergeser dan dipastikan belum aman. Namun kalau poros Agung Laksono yang menang, Golkar dipastikan konsisten mendukung Jokowi dalam pilpres 2019," ungkapnya.
Oleh karena itu, kata dia, apabila Setnov ditahan KPK, konstelasi politik bisa berubah secara ekstrem, turbulensi di internal Golkar tak bisa dihindarkan.
Sebab, lanjut dia, aroma faksi di internal Golkar sampai saat ini masih kental.
"Menang dan terpilihnya Setnov dulu menjadi ketua umum, salah satunya faktor lain adalah Setnov dianggap lebih netral dan relatif cair, bisa masuk ke kubu ARB dan bisa dekat juga dengan kubu Agung Laksono. Ketua umum penganti Setnov kemungkinan polaritasnya mirip dengan Setnov yang posisinya di tengah-tengah," pungkasnya. (icl)