Opini
Oleh Ahmad Bay Lubis (Advokat, Wakil Sekjen DPP PPP) pada hari Rabu, 22 Nov 2017 - 17:47:38 WIB
Bagikan Berita ini :

Pindah Partai Bukan Pilihan Bijak, Kawan...

33IMG-20171118-WA0007.jpg
Ahmad Bay Lubis (Advokat, Wakil Sekjen DPP PPP) (Sumber foto : Istimewa )

Persis hari Senin, 20/11/2017, saya mendapatkan berita, trending news di portal berita teropongsenayan.com. Berita tentang rencana kepindahan H. Lulung, kader PPP, saat ini masih menjabat Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, yang akan hengkang ke partai lain. Rencana itu masih ragu-ragu, sehingga H. Lulung harus Istikhoroh sambil mengkonfirmasi bahwa andaipun pindah partai, Ia akan memilih partai yang berbasis Islam. Dugaan saya, mungkin PAN atau PKS.

Satu hari setelahnya, saya bertemu tak sengaja dengan Tuan. Ahmad Yani, SH, anggota DPR RI Fraksi PPP 2009-2014. Saya mengenal dekat beliau. Ia DPR yang berasal dari Dapil Sumatera Selatan. Ia mantan aktivis HMI, aktivis hukum. Ia pernah jadi macan parlemen di jamannya, dan lain sebagainya. Sambil diskusi santai, saya menyimak keluh, kecewa dan marahnya. Kesimpulan marahnya yang saya tangkap adalah ketika PPP DKI Jakarta mengusung Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta yang lalu. Diskusi panjang dan meletihkan dengannya. Namun, berakhir tanpa kesimpulan. Ia masih keras dan kecewa.

Marahnya H. Lulung dan Ahmad Yani tadi, menurut saya agak berbeda. Mengapa...?, karena :

1. Lulung, kasat mata terlihat dukung Anis-Sandi di Pilkada. Padahal saat itu PPP kubu Lulung, yakni kubu Djan Farid, secara glamor, super aktif, terbuka dan terang-terangan dukung Ahok. Bahkan Djan Farid memecat Lulung. Sebaliknya, kubu Romahurmuzy/Rommy yang punya SK, tidak berkenan memecat Lulung. Artinya tindakan desersi itu bisa dimaklumi dan dimengerti PPP kubu Romy. Maklum dan mengerti seperti ini rasanya hampir tidak mungkin terjadi, jika Lulung berada di PDIP, Golkar, Gerindra ataupun PKS. Pasti surat pemecatan langsung datang. Hal yang tidak dilakukan kubu Rommy terhadap Lulung ini mestinya bisa menjadi bahan renungan.

2. Lulung, berada di kubu Djan Farid. Artinya tidak patuh kepada kubu Rommy, bahkan hingga saat ini. Tapi apa balasan yang dilakukan kubu Rommy terhadapnya...? Jawabnya: nothing, tidak ada..!!!.

Suatu ketika, dalam sebuah acara rapat partai, Rommy menyampaikan begini: Lulung itu kader PPP tulen, orang lama, potensial dan disayang kawan kawan PPP DKI. Kita jaga dan hormati perasaan kader dan konstituen PPP DKI. Maka biarkanlah Lulung begitu, nanti juga ada waktunya balik bersama kita. Begitu argumen Rommy saat itu. Tak satupun peserta rapat yang protes. Semua menerimanya dan meng-amin-kannya. Ikhlas memaklumi langkah Lulung.

3. Sekarang Lulung mau pindah partai, maka pertanyaan saya adalah : dimana ada partai yang memberikan privelege sebegitu besarnya..?. Saya yakin ngga akan pernah ada. Oleh karena itu, sholat Istikhoroh itu adalah langkah yang tepat dan baik.

4. Ahmad Yani/AY, sosok yg cerdas, muda, bertalenta, penampilan bagus, punya nyali, dikenal publik, ternyata juga marah. Tapi kemarahannya ini lebih idiologis. Perlu juga diketahui, bahwa yang marah karena pilkada DKI itu bukan hanya AY. Para senior, pengurus harian pusat, sebagian pengurus daerah juga marah. Rommy sebagai ketua umum juga sangat terjepit. Bukan karena SK, tapi karena provokasi yang sangat kuat dari PPP kubu sebelah. Kubu sebelah terlalu jauh memprovokasi sehingga kubu Rommy harus mengambil posisi pilihan yang sulit, meskipun telah dicoba untuk posisi netral. Kalau masih ingat, waktu itu di kantor DPP PPP Jln. Diponegoro, 60 Jakarta Pusat, Sdr. Idrus Marham, sekjen Golkar, sekjen PDIP, dan rombongan lainnya datang bertamu sambil konfrensi pers. Keterangan pers yang terpublikasi tersebut, menurut saya sudah bermakna "ancaman" atau setidaknya telah "memastikan" bahwa SK Pengesahan PPP akan segera diterbitkan untuk kubu Djan Farid, dengan bla bla bla keterangan lainnya. Tentu saja narasi yang ditangkap kubu Rommy pada saat itu adalah sikap politik yang harus segera dilakukan kubu Rommy terkait dengan pilkada DKI. Pesan yang disampaikan adalah "segera dukung Ahok...!!!". Saya merasakan narasi ancaman seperti itu, atau sedikitnya memberikan sinyal yang kuat tentang itu.

Pilkada DKI kemarin memang pertarungan yang paling sulit dalam sejarah pilkada di Indonesia. Namun, keterangan kedua sekjen partai di atas melalui pers tersebut, tetap saja harus dipandang sebagai tindakan tidak etis sebagai sesama partai "lama". Tidak pantas, apalagi keterangan pers itu dilakukan di kantor pusat partai yang hingga saat ini masih menjadi masalah. Menurut saya, tindakan itu bukan saja tidak pantas, tapi sudah dalam bentuk intervensi yang kasar. Tekanan berat seperti ini mungkin tidak dirasakan langsung oleh teman saya AY. Makanya kemarin saya jelaskan situasi psikologisnya.

5. Tuan AY, sampai dengan kemarin, belum melontarkan kalimat "akan pindah partai". Saya pribadi tentu senang. Sebab, PPP sekarang ini adalah PPP nya anak-anak muda. Satu kejujuran Rommy yang hingga saat ini saya hormati, ketika dalam rapat resmi Ia menyampaikan dan mengakui bahwa dirinya masih muda, bukan tokoh yang hebat. "Tapi apa mau dikata, saya ketiban nasib, menjadi ketum disaat partai dalam posisi terbelah. Partai ini harus sama sama kita selamatkan". Begitu kira-kira petikan pidatonya. Bagi saya, Rommy ini bukan type sombong sok jagoan, sok wibawa dan belagak minta dihormati. Tapi dia jujur bicara apa adanya. Rommy ini masih muda, untuk ukuran umur ketum partai pada umumnya. Tapi waktu Anas Urbaningrum mimpin Partai Demokrat juga "muda" dan lumayan berhasil, dalam konteks leadership partai tentunya.

Tuan AY dan Lulung masih masuk kategori muda, young face, meskipun umur juga lumayan tua, tapi ketokohan anda berdua jauh lebih "dihargai" di PPP, ketimbang partai yang baru anda masukin kelak. Kalau masih ngga percaya, saya sarankan agar anda berdua kembali lagi Istikhoroh.

Terakhir, sebagai teman saya memberi saran dan mengingatkan bahwa kalian berdua punya potensi untuk saat ini. PPP masih dan selalu membutuhkan kalian. Sebagai bangsa melayu saya ingin berbagi sambil mengingatkan pepatah lama, janganlah seperti : "Berharap datangnya hujan, membuang air di tempayan". Wallahu'alam bissawab.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Kode Sri Mulyani dan Risma saat Sidang MK

Oleh Anthony Budiawan - Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies)
pada hari Kamis, 18 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Sri Mulyani (dan tiga menteri lainnya) dimintai keterangan oleh Mahkamah Konstitusi pada 5 April yang lalu. Keterangan yang disampaikan Sri Mulyani banyak yang tidak ...
Opini

Tersirat, Hotman Paris Akui Perpanjangan Bansos Presiden Joko Widodo Melanggar Hukum: Gibran Dapat Didiskualifikasi?

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --1 April 2024, saya hadir di Mahkamah Konstitusi sebagai Ahli Ekonomi dalam sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum 2024. Saya menyampaikan pendapat Ahli, bahwa: ...