JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto, tidak ingin mempersoalkan posisi Panglima TNI yang harus sesuai giliran matra dan urutan angkatan.
Wiranto menegaskan, posisi Panglima TNI bukanlah ‘arisan’ atau ‘urut kacang’.
“Tidak harus kemudian kayak arisan, gantinya itu teratur, tidak. Tetapi berdasarkan kondisi obyektif yang dihadapi. Dan juga tidak harus kemudian urut kacang, urut angkatan,” ujar Wiranto di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Rabu (6/12/2017).
Wiranto memberi contoh ketika dirinya menjabat sebagai Panglima ABRI (kini Panglima TNI). Pada waktu itu, ia melompati tujuh angkatan di atasnya.
“Saya menggantikan Pak Faisal Tanjung, saya angkatan '68 beliau angkatan '61, mengganti tujuh angkatan tidak masalah. Pak Tito juga begitu, mengganti empat angkatan ketimbang para perwira yang dipimpinnya. Saya kira ini tidak perlu dipermasalahkan. Karena kita bicara kapasitas, bicara kompetensi, bicara leadership,” papar Wiranto.
Wiranto mengatakan, pergantian Panglima TNI disesuaikan dengan kebutuhan untuk menghadapi situasi yang ada, berdasarkan kapasitas yang dimiliki.
Wiranto juga mengatakan, seorang Panglima TNI dari matra apa pun tidak mungkin mengedepankan ego sektoral sesuai matra mereka, dalam membangun kekuatan pertahanan negara.
“Tetapi kita melihat bahwa setiap Kepala Staf Angkatan itu sudah dianggap mempunyai kemampuan leadership, kemampuan manajerial yang sama. Sedangkan untuk pembangunan kekuatan, matra, itu sudah ditentukan dalam renstra. Jadi tidak mungkin seorang Panglima ngarang sendiri, tidak mungkin,” tutur Wiranto. (aim)